Page 128 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 128
128
UMKM dan Globalisasi Ekonomi
bank yang baik.
Tapi banyak perusahaan Indonesia banyak meminjam dolar AS. Di tahun
berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja
baik untuk perusahaan tersebut — level efektifitas hutang mereka dan biaya
finansial telah berkurang pada saat harga mata uang lokal meningkat.
Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia
melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai
terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, pertukaran floating teratur
ditukar dengan pertukaran floating-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF
datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam
lagi karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan
dolar yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah
pada bulan Septemer. Moody’s menurunkan hutang jangka panjang Indo-
nesia menjadi “junk bond”. 39
Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat
pada November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul di neraca
perusahaan. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi
biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak
yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu: menjual rupiah, menurunkan
harga rupiah lebih jauh lagi .
40
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan
kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat
Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Presiden Suharto pun
akhirnya dipaksa mundur pada pertengahan 1998.
Pada saat krisis ekonomi global saat ini, yang dipicu oleh krisis finansial di
Amerika banyak pengamat mengatakan ada persamaan dan ada pula
41
perbedaaannnya .
1) Persamaan
Banyak analis mengatakan, krisis 1997 yang diawali dari terjun bebasnya
nilai tukar bath (Thailand), kemudian merembet ke Indonesia, Korea Selatan,
Filipina, dan Malaysia merupakan krisis moneter tipe baru yang dapat
melahirkan teori baru pula. Karena, faktor-faktor penyebab krisis tidak
relevan dengan teori yang ada.