Page 131 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 131
131
Mukti Fajar ND.
saja yang membedakan dengan krisis 1997 adalah bahwa hubungan dagang
Indonesia dan Thailand sangat kecil, sedangkan hubungan dagang Indone-
sia dan AS sangat besar.
Menurut teori, saat terjadi krisis dari salah satu negara jelas akan berdam-
pak besar pada perekonomian negara yang menjadi mitra dagangnya.
Tampaknya, teori ini tak akan terbukti kalau seluruh masyarakat mempercayai
kebijakan yang diambil pemerintah. Sebab, saat krisis 1997 mendera ekonomi
nasional, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sistem ekonomi
nasional sangat rendah.
Saat Menteri Keuangan meminta masyarakat untuk tenang, justru
direspon masyarakat dengan berlomba-lomba menukar rupiahnya dengan
dolar AS.
Meski demikian, krisis ekonomi dunia saat ini bukan untuk ditangisi.
Tetapi adalah peluang bagi bangsa-bangsa di dunia untuk memilih, runtuh
bersama imperilasime Amerika Serikat atau merebut kemerdekaan ekono-
minya dari cengkeraman negara adidaya tersebut.
Sekjen Badan Pekerja Dewan Ketahanan Ekonomi Bangsa (Wantambang)
Haris Moti menjelaskan bahwa krisis internasional saat ini sebenarnya
bermula dari meningkatnya kebutuhan minyak dunia yang tidak bisa dipenuhi
oleh industri perminyakan.
“Tidak terlepas dari krisis minyak itu kemudian diikuti oleh tindak korupsi di
Bank Assosiated General Prancis yang mendorong krisis lebih luas lagi pada
negara-negara berkembang dan miskin. Negara-negara maju menyiapkan kebija-
kan global warming yang mengesahkan penggunaan biofuel menggantikan minyak
untuk menutupi kebutuhan minyak dunia,”.
Selanjutnya, keruntuhan perbankan dunia menyebabkan kaum spekulan
melakukan ekspansi ke bidang komoditas.
“Hal ini mengikuti keruntuhan pasar real estate di Amerika. Situasi ekonomi
dunia seperti inilah yang kemudian menyebabkan gejolak ekonomi dunia yang
semula sangat ditentukan oleh bursa saham komoditas, yang melakukan jual
beli saham, bukan berdasarkan harga pasar barang riil tetapi spekulasi harga
yang semakin memperparah kondisi ekonomi dunia,”