Page 129 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 129
129
Mukti Fajar ND.
Berdasarkan model klasik Krugman (1979), yang berbasis pada krisis
ekonomi di Meksiko tahun 1976, serta Argentina, Brazil, Peru, dan Meksiko
pada awal tahun 1980, krisis moneter terjadi karena defisit anggaran yang
terus membesar, sehingga mengurangi cadangan devisa dan kegagalan ex-
change rate. Sepanjang 1990-1996, baik Indonesia, Thailand, Filipina, Malay-
sia, dan Korea Selatan telah melaksanakan kebijakan fiskal dan moneter
yang cukup hati-hati, sehingga kinerja keuangannya menunjukkan
perkembangan positif.
Diantaranya defisit anggaran tergolong moderat (bahkan khusus 1996,
Indonesia, Korea dan Thailand tidak defisit), perbandingan utang publik
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga rendah, tingkat inflasi terjaga
dan rendah, serta cadangan devisa terus meningkat.
Karena itu, pada awal jatuhnya nilai tukar bath, Menteri Keuangan (saat
itu Mar’ie Muhammad) berulang kali mengatakan kepada media bahwa fun-
damental ekonomi kita kuat, sehingga tidak akan terpengaruh oleh krisis
Thailand. Namun pada akhirnya, Indonesia justru merasakan dampak krisis
Thailand yang paling parah ketimbang empat negara lainnya. Sekarang,
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI Budiono mengatakan hal
yang hampir sama secara substansial dengan apa yang dikatakan Mar’ie
Muhammad. Setidaknya, kinerja ekonomi nasional saat ini adalah yang
terbaik setelah 10 tahun krisis moneter. Kinerja ekspor nonmigas sudah
menembus angka 50 miliar dolar AS, serta selalu surplus setiap bulan.
Cadangan devisa per Agustus 2008 mencapai 59,6 miliar dolar AS. Pertum-
buhan ekonomi sampai akhir 2008 diperkirakan melampaui 6 persen, dan
tingkat inflasi diharapkan tidak lebih dari 11,5 persen. Tingginya tingkat
inflasi tahun ini lebih banyak disebabkan cost push inflation, akibat naiknya
harga BBM bulan Mei lalu.
Dari data tersebut, setidaknya kita meyakini satu hal, bahwa tanpa adanya
gejala-gejala krisis bukan berarti Indonesia akan terhindar dari krisis. Krisis
1997 memberi pelajaran berharga agar kita lebih waspada. Lalu, patutkah
kita lebih optimistis untuk mengatakan
bahwa kita sekarang sudah lebih dewasa dan lebih mampu mengelola
krisis?