Page 127 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 127
127
Mukti Fajar ND.
ekonominya secara mandiri, dengan didukung oleh iklim dan perhatian
36
negara yang memadai. Era ini dikenal dengan era ekonomi kerakyatan .
Tetapi Indonesia dan Asia Tenggara pada umunya pernah dihajar
gelombang krisis ekonomi (krisis moneter) pada tahun 1997 – 1998, yang
hingga sekarang belum pulih sepenuhnya.
Krisis finansial Asia adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di
Thailand, dan mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya
di beberapa negara Asia, sebagian Macan Asia Timur. Peristiwa ini juga sering
disebut krisis moneter (“krismon”) di Indonesia. 37
Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah negara yang paling parah
terkena dampak krisis ini. Hong Kong, Malaysia dan Filipina juga terpe-
ngaruh. Daratan Tiongkok, Taiwan dan Singapura hampir tidak terpengaruh.
Jepang tidak terpengaruh banyak tapi mengalami kesulitan ekonomi jangka
panjang.
Krisis Asia dimulai pada pertengahan 1997 dan mempengaruhi mata uang,
pasar bursa dan harga aset beberapa ekonomi Asia Tenggara. Dimulai dari
kejadian di Amerika Selatan, investor Barat kehilangan kepercayaan dalam
keamanan di Asia Timur dan memulai menarik uangnya, menimbulkan efek
bola salju.
Banyak pelaku ekonomi, termasuk Joseph Stiglitz dan Jeffrey Sachs, telah
meremehkan peran ekonomi nyata dalam krisis dibanding dengan pasar
finansial yang diakibatkan kecepatan krisis. Kecepatan krisis ini telah
membuat Sachs dan lainnya untuk membandingkan dengan pelarian bank
klasik yang disebabkan oleh shock resiko yang tiba-tiba. Sach menunjuk ke
kebijakan keuangan dan fiskal yang ketat yang diterapkan oleh pemerintah
pada saat krisis dimulai, sedangkan Frederic Mishkin menunjuk ke peranan
informasi asimetrik dalam pasar finansial yang menuju ke “mental herd”
diantara investor yang memperbesar resiko yang relatif kecil dalam ekonomi
nyata. Krisis ini telah menimbulkan keinginan dari pelaksana ekonomi
perilaku tertarik di psikologi pasar. 38
Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia
memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar,
persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 milyar dolar, dan sektor