Page 156 - Toponim sulawesi.indd
P. 156

142     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


               3.3.4. Kegiatan Perdagangan di Pelabuhan di Kema


                     Kema dalam sejarah Minahasa khususnya dan Sulawesi Utara pada
               umumnya  memiliki  peran penting  dalam  posisinya  sebagai pelabuhan

               alam,  selain  pelabuhan  Manado.  Kema  sebagai suatu lokasi  memainkan
               peran pentingnya dalam periodikal sejarah sebagai salah satu pintu masuk

               utama ke Minahasa sejak zaman Spanyol. Meskipun Manado ditetapkan
               sebagai pusat pemerintahan, dan  tempat pengumpulan hasil-hasil  bumi
               dari pedalaman Minahasa, tetapi terkadang laut tidak bersahabat dengan

               adanya musim angin barat. Pelabuhan Manado menjadi tidak aman bagi
               pelayar  dan  kapal barang. Antara bulan  Oktober dan  April kapal-kapal
               menghindari laut depan pelabuhan Manado. Biasanya mereka akan terus

               ke pelabuhan Kema pada sebuah tempat di pantai Timur Minahasa, yang
               jaraknya sekitar 40 kilometer  sebelah  Timur  Manado. Pada tahun  1890,
               Belanda bahkan merencanakan membangun jalan kereta api dari Manado

               sampai Kema karena pendapatan yang cukup tinggi yang didapatkan dari
               pelabuhan  Kema  dibanding  dengan  pemasukan  ke  pelabuhan  Manado.

               Namun  sayang hal  itu  dibatalkan  karena alasan  pengurangan  anggaran
               negara.

                   “... Sampai pada tahun 1800, Kema telah dikenal sebagai tempat paling
                   strategis,  paling  besar  penduduknya,  dan  dianggap paling  kaya  dari
                   17 desa yang ada di Walak Tonsea. Memiliki 1300 keluarga pada awal
                   abad ke-19, dalam setiap tahunnya dari sini dapat disetorkan rata-rata
                   antara 200 sampai 300 last beras kepada Kompeni. Jumlah ini meliputi
                   yang tertinggi dari seluruh 26 walak  di Minahasa yang dikenakan
                   setoran demikian. Walak  Tondano  sebetulnya adalah  wilayah yang
                   paling banyak menghasilkan beras. Akan tetapi karena walak yang satu
                   ini sejak lama selalu menunjukkan sikap bermusuhan kepada Kompeni,
                   maka kompeni tidak bisa memunggut lebih banyak komoditas itu dari
                   tempat ini. Walak Kema boleh dikata telah mengisi seretnya pemasukan
                   beras dari Tondano. Memiliki kepala seorang Kristen, Kema pada masa
                   itu telah pula mempunyai sebuah gereja dan pendeta sendiri“. 21


               21  Informasi tentang Kema dan walak Tonse pada masa itu terdapat dalam: “Memorie
                   conserneerende den tegenwoordigen staat van de Residentie Manado, overgegeeven,
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161