Page 158 - Toponim sulawesi.indd
P. 158

144    Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                     Pada tahun  1759  Residen Gread  Rijnier  de Cock menargetkan

               pemasukan hasil perdagangan sebesar 4000 ringgit yang tidak bisa dipenuhi
               ororitas pemerintah Belanda di pelabuhan Manado, maka tidak ada jalan

               lain, perlu dilakukan penguatan pos penjagaan di pelabuhan Amurang dan
               terutama Kema. Selain itu, tugas pos penjagaan pelabuhan Kema mengawasi
               pedagang-pedagang  yang keluar masuk tanpa  izin  otoritas  perdagangan

               pemerintah Belanda, serta berusaha dan mengatasi jika terjadi keributan di
               kalangan penduduk sehingga kegiatan pelayaran dan perdagangan berjalan

               dengan aman dan lancar (Molsbergen, 1928: 124-5).

                     Sebelumnya, di masa Spanyol berkuasa, di tahun 1651 Bartolomeo
               de Soisa membangun benteng di Kema. Sebagai sebuah lokasi benteng dan

               pelabuhan, maka bagi Spanyol pelabuhan Kema menjadi penting sebagai
               tempat pengiriman  beras dan  perbekalan lainnya  untuk  menunjang
               kedudukannya di Maluku. Berikutnya, ketika Belanda berkuasa di wilayah

               ini, maka pada tahun 1776 Belanda membangun dua post kecil semacam
               benteng (loji),  yang satu  di  sekitar teluk Amurang (muara  sungai),  dan
               satunya  lagi  di  muara sungai  Kema. Untuk Kema, benteng (loji)  itu

               dinamakan  “Utregt”  dan  dilengkapi  dengan  seorang  sersan,  dua  orang
               kopral, dua belas tenaga bantuan prajurit, 1 kanon dan penembaknya, dan
               lainnya. Untuk pos penjagaan Amurang hanya satu kopral, satu prajurit dan

               tenaga bantuan lainnya (Molsbergen, 1928: 134).

                     Loji  adalah  rumah  besar atau  gudang  tempat penyimpanan  hasil-

               hasil bumi yang diwajibkan kepada penduduk pribumi untuk diserahkan
               dan atau dibarter/dijual kepada pemerintah Belanda. Hasil-hasil bumi itu
               seperti beras, kayu, rotan, dan damar. Semua itu dilakukan berdasarkan

               perjanjian  dengan kepala-kepala walak/distrik, kepala pemerintahan di
               Minahasa. Selain itu, penduduk Kema diwajibkan untuk menanam tanaman
               lain  seperti kacang-kacangan,  umbi-umbian,  kacang  merah  (brenebon),

               kopi, serta memelihara ternak dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah
               Belanda. Hal ini berlangsung terus sampai Inggris menduduki Minahasa.
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163