Page 21 - Toponim sulawesi.indd
P. 21

Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi  7

                 penghubung  antar pulau-pulau  yang ada di  Nusantara.  A.B. Lapian
                                                                         5
                 sangat menyadari bahwa pada  periode di  mana teknologi  informasi
                 belum berkembang dan masih terbatasnya infrastruktur jalan pada masa

                 kolonial,  maka satu-satunya cara  yang  paling  mungkin  dilakukan  oleh
                 penduduk dalam melakukan mobilitas adalah melalui laut dengan perahu
                 atau sarana transportasi laut lainnya. Ralitas demografi di pulau Sulawesi

                 juga menyebar di wilayah pantai dan umumnya berada di sekitar sungai
                 atau daerah yang memiliki persediaan air minum.   Selain itu, daya dukung
                                                               6
                 topografi seperti teluk, dan faktor keamanan pantai dari ombak menjadi
                 faktor pendukung lain dari perkembangan kota-kota pantai. Peter Lienhardt
                 berpendapat bahwa kota-kota tumbuh dan berkembang pada umumnya

                 berdekatan dengan sumber air bersih, biasanya di dekat sungai atau mata
                 air.  Keberadaan  air bersih  menjadi  faktor utama manusia  mendirikan
                 pemukiman, kemudian menetap, dan pada perkembangannya pemukiman

                 penduduk terus meluas (morfologi) hingga menjadi kota.
                                                                      7
                       Ketika pandangan Lienhardt ini digunakan untuk menjelaskan kota-kota
                 di Sulawesi, maka hampir seluruhnya terjadi. Kota-kota pantai yang menyebar

                 di pulau Sulawesi pada awalnya adalah wilayah kerajaan dan terus mengalami
                 perkembangan penduduk, perluasan pemukiman hingga menjadi pusat
                 pasar yang memiliki pelabuhan untuk aktivitas perdagangan. Kondisi ini oleh

                 pemerintah kolonial Belanda dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan
                 pada saat yang sama dilakukan penataan dari sisi administrasi. Batas-batas

                 wilayah antar kerajaan diatur hingga ke tingkat dusun oleh pemerintah Kolonial
                 Belanda seperti yang mereka lakukan di Jawa dan Sumatra.

                       Penataan wilayah Sulawesi dimulai ketika pulau itu dijadikan sebagai


                 5  Susanto Zuhdi, Sejarah Buton Yang Terabaikan: Labu Rope Labu Wana (Jakarta:
                    Rajawali Press, 2010).
                 6  Peter Lienhardt, “Towns and Maritime Activities,” in Shaikhdoms of Eastern Arabia, ed.
                    Ahmed Al-Shahi (New York: Pelgrave MacMilan, 2001), 114–64.
                 7  Ibid.
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26