Page 223 - Toponim sulawesi.indd
P. 223
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 209
Bilakowangi. Termasuk juga kampung di sekeliling danau Poso antara lain
Tapira, Dongara, Tofale, Tandoe Baoe, hingga kampung Tamoeng Koe
Pebato, dan Imboe. Melalui Sungai mereka melakukan jual beli secara
tradisional dengan pedagang dari luar terutama Bugis.
Perdagangan ini yang memicu perkembangan perdagangan
hingga dibangunnya pelabuhan di Poso Kota sebagai dermaga yang
menghubungkan kota ini dengan kota-kota kecil hingga kota besar di
Indonesia. lalu lintas barang keluar dari Pelabuhan Poso ke dunia luar
antara lain: Beras, Terigu, Gula Pasir, Garam, Ikan Asin, Kopra, Bungkil,
Minyak Kelapa, Rotan, Damar, Kayu Gergaji, Kayu Hitam, Kayu Lunak, Pasir,
Cenkeh, dan General Cargo. Penjualan kopra sebagai bahan dagangan dari
Pelabuhan Poso mengindikasikan bahwa aktifitas perkelapaan masyarakat
di Poso menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Poso. Pada tahun 1975
perdagangan kopra di Pelabuhan Poso mencapai 4.647.12 Ton lebih untuk
dijual ke Surabaya.
Pada masa Orde Lama, Kota pantai Poso menjadi basis perjuangan
di Sulawesi Tengah dalam rangka pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah
oleh Kelompok Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah (GPST) yang dipimpin
oleh Assa Bungkundapu. Kota pantai Poso diperebutkan oleh GPST di satu
pihak dengan Gerakan PRRI/Permesta di pihak lain. Namun, di tahun 1958,
kota ini direbut oleh GPST untuk kemudian diwujudkan menjadi ibu kota
Provinsi Sulawesi Tengah yang baru terbentuk tahun 1964 yang nantinya
kemudian dipindahkan ke Palu. Kota pantai Poso berkembang menjadi
sebuah ibu kota Kabupaten Poso sejak terbentuknya tahun 1953 hingga
kini. Kota pantai Poso menjadi semacam miniatur Indonesia terlihat dari
nama-nama jalan di dalam Kota Poso yang terdiri atas nama-nama pulau
di seluruh Indonesia seperti jalan Pulau Jawa, Jalan Pulau Sumatera, Jalan
Pulau kalimantan dan lain sebagainya. Menciptakan keragaman di Kota
Pantai Poso sebagai sebuah kota di Sulawesi Tengah.