Page 260 - Toponim sulawesi.indd
P. 260

246     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                     Konflik antara Ambon dan dan Buton mengenai Kepulauan Luchipara,

               Schielpad, pulau Tujuh, Tanimbar, dan sekitarnya terjadi ketika para bangsawan
               Buton mengklaim bahwa kepulaun Kei dan Tanimbar masuk dalam wilayah

               kekuasaan kesultanan Buton. Akan tetapi penguasa Ambon juga melakukan hal
               yang sama guna menyelesaikan sengketa ini, maka pemerintah Hindia Belanda
               menjadi penengah, karena pada masa itu pulau Key belum berpenghuni dan

               pemimpin dari pulau itu  adalah para bangsawan  Buton.   Ambon  merasa
                                                                    21
               memiliki pulau itu karena secara geografis bedekatan dengan ibukota Ambon.

               Penyelesaian kasus ini dituangkan dalam Agenda pemerintah Hindia Belanda
               nomor 380/96 tahun 1895. Dengan ketetapan ini, maka semua kepulauan
               yang ada di sebelah tenggara Maluku menjadi wilayah administratif Afdeling

               Ambon.  Gambaran itu telah memberikan pemahaman bahwa telah terjadi
                      22
               migrasi baik keluar maupun migrasi masuk dari dan ke Buton khususnya dan
               Sulawesi Tanggara dan Tengah pada khususnya.


                     Migrasi dan mobilitas penduduk Buton dari dan ke daerah lain tidak
               banyak mempengaruhi perkembangan penduduk daerah itu karena pola
               mobilitas mereka yang sirkuler. Perkembangan ekonomi yang terjadi di Buton

               dan perluasan infrastruktur kota serta perkembangan industri, khususnya
               perngelolaan dan pertambangan aspal tidak banyak memberikan dampak
               dalam menahan dan mendorong orang-orang Buton untuk tetap bertahan dan

               keluar dari daerah itu. Hal itu dikarenakan pada saat bersamaan, jenis pekerjaan
               yang baru seperti masih menuntut kualifikasi tertentu seperti pendidikan dan

               pengetahuan tulis menulis. Hanya saja untuk kasus aspal terutama dalam
               hal pengangkutan, orang-orang Buton banyak bekerja di sektor ini karena
               pengalaman dan pengetahuan mereka yang sudah lebih dulu ada.






               21  Ibid.
               22  Agenda nomor 380/96 1895, hal. 2. Koleksi ANRI Jakarta. Surat kepala Afdeeling Ambon
                   atas klaim pulau ini bernomor 4007/23 tanggal 23 Nopember 1895; MGS nomor 861 I/Z
                   tanggal 7 Desember 1895 mengenai hal yang sama. Copy arsip ada pada penulis.
   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265