Page 284 - Toponim sulawesi.indd
P. 284

270     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


               melalui tulisannya tentang posisi penting daerah itu, jika dijadikan sebagai

               pangkalan militer dan pusat perdagangan, maka Kendari mulai menampak
               pada perkembangan kota yang berkarakter Eropa (kota Kolonial).  Hal itu
                                                                             50
               ditandai dengan pembangunan loji di sekitar Kerajaan Laiwui oleh Vosmaer.

                     Tulisannya  Vosmaer  yang panjang  lebar mengenai posisi  strategis
               teluk Kendari tidak lepas dari upaya Vosmaer  meyakinkan  pemerintah

               kolonial Belanda agar kawasan Kendari dijadikan sebagai pusat ekonomi
               dan militer di wilayah Sulawesi Timur (Oost Celebes). Vosmaer mengatakan
               bahwa Kendari dengan teluknya yang aman dapat dijadikan sebagai pusat

               pengumpulan barang dagang, pelayaran, dan perdagangan.  Fakta lain dari
                                                                      51
               realitas itu adalah memperpanjang kekuasaaan Vosmaer di teluk Kendari.

               Selain itu, selama abad XIX promosi penyatuan wilyah (pasifikasi) Nusantara
               ke dalam wilayah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda terus dilakukan
               melalui sejumlah cara di antaranya dengan proyek penumpasan bajak laut,

               namun misi sesungguhnya adalah perluasan ekonomi untuk memperkuat
               perdagangan kolonial di kota-kota pantai, termasuk di Kendari.

                     Perdagangan di Kendari diramaikan oleh para pedagang dari Bugis

               dan Makassar sejak lama. Etnis ini datang ke Sulawesi Tenggara melalui
               laut dengan menggunakan sarana transportasi laut dan melalui darat. Jalur

               darat  ditempuh melalui  Luwu—Kolaka—Kendari dengan terlebih dahulu
               menyeberang di teluk Bone. Pemukiman dan komunitas etnis pendatang
               dari Bugis dan Makassar  ke  Sulawesi  Tenggara  dapat  ditemukan di

               Tonggano, Abeliti, Wawotobi, Lambuya, Lahundapo, Abeli dan Konda. Etnis
               itu di samping bekerja sebagai pedagang, ada juga yang bekerja sebagai
               petani. Daerah-daerah yang dihuni oleh para pendatang itu dikenal sebagai

               daerah lumbung padi di Sulawesi Tenggara. 52


               50  J.N. Vosmaer, dalam The Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia Vol V, hlm. 182.
               51  Ibid.
               52  F.H.F, Taatgen, Bestuursmemorandum Betreffende de Oonderafdeeling Kendari, Buton, M.v.O, Celebes
                   en Onderhoorigheden, 1933.
   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289