Page 295 - Toponim sulawesi.indd
P. 295
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 281
saja pada masa-masa awal, hasil produksi dan perdagangan di daerah baru
ini masih melalui pelabuhan Kolaka, seperti ekspor Nikel dan perdagangan
komoditas lainnya seperti kopi, kakao (Coklat), rotan dan damar.
Wilayah kota Kolaka sejak masa kolonial selalu berada pada
satuan administratif Afdeling Luwu, dengan status sebagai onderafdeling
Kolaka. Kedudukan Kolaka tidak berubah sebagai wilayah onderafdeling,
meskipun pemerintahan wilayah Sulawesi mengalami perubahan. Pada
masa penjajahan Jepang, satuan admnistratif Kolaka masih tetap dan tidak
mengalami perubahan hingga tahun 1958. Perubahan wilayah administratif
Kolaka menjadi bagian dari Wilayah Sulawesi Tenggara baru ada sesuai
Undang-undang Nomor 29 tahun 1959, yakni menjadi Kabupaten Kaloka di
Wilayah Sulawesi Tenggara. Perubahan itu sejalan dengan pembentukan
63
Propinsi Sulawesi Tenggara yang baru disahkan dengan Undang-Undang
No. 13 tahun 1964.
Sejarah penamaan (toponim) suatu wilayah selalu memiliki relasi
mistis. Relasi mistis inilah yang kemudian menjadi basis legitimasi untuk
melanggengkan suatu identitas. Dalam kasus penamaan Kolaka, terdapat
beberapa sumber yang hingga kini diakui oleh masyarakat setempat.
Cerita tentang asal usul nama Kolaka ketika dikonfirmasi dengan Basrin
Melamba (Sejarawan dan penulis Sejarah Kota Pelabuhan di Teluk Bone)
dan Taalami (Filolog dan Budayawan) dari Universitas Haluoleo mengakui
bahwa tradisi lisan mengenai asal usul nama kolaka memiliki hubungan kuat
dengan kejadian mistis. Mistis itu terkait dengan kemunculan seorang yang
sakti dalam mengatasi kekacauan yang dilakukan oleh seekor burung (mirip
Garuda, lambang negara Indonesia). Untuk lebih jelasnya tentang asal usul
nama Kolaka (Mekongga) yang terkait dengan orang sakti dan burung garuda,
berikut ini ringkasannya yang diadaptasi dari karya La Ode Sidu.
64
63 Said Duke, “Pembentukan Propinsi Sulawesi Tenggara 1950-1978: Studi Konflik Dan
Integrasi” (Universitas Indonesia, 1997), hlm. 56-57.
64 La Ode Sidu, Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara (Jakarta: Grasindo, 1999).