Page 296 - Toponim sulawesi.indd
P. 296

282     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                       “Menurut tradisi lisan warga setempat (Kolaka), terjadi peristiwa

               yang mengerikan menimpa wilayah ini yaitu adanya gangguan keamanan
               dari seekor burung elang besar. Dalam bahasa Mekongga dinamakan dengan

               Kongga Owose atau Konggaaha. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan
               penduduk yang berkepanjangan. Burung garuda itu terus mengacaukan dan
               membunuh warga yang ditemuinya. Di tengah harapan atas keselamatan

               warga, terjadilah suatu peristiwa yang ajaib, yakni tiba-tiba datang seorang
               laki-laki  yang tidak diketahui  asal-ususlnya.  Laki-laki  itu  menurut tradisi

               lisan  setempat dikisahkan  turun  dari langit  ke  ke  bumi  dengan menaiki
               sarung.  Laki-laki itu  sangant sakti  dan  lengkap dengan membawa  keris
               emas di pinggangnya. Laki-laki itu menamkan dirinya Larumbalangi. Warga

               meyakini bahwa laki-laki yang turun dari langit itu adalah To Manuru (ng)
               atau Sangia Ndudu. Dalam istilah lokal dinamakan orang yang turun dari
               langit. Karena masyarakat meyakini bahwa laki-laki yang datang ini sakti,

               maka mereka menyembah dan menghormatinya, karena ia adalah seorang
               sakti dan turunan dewa-dewa (Sangia).

                     Kedatangannya di Unenapo (Mekongga/Kolaka) oleh warga dianggap

               sebagai hal istimewa. Warga mengatakan bahwa Sangia adalah  dari Sangia
               Ombu Samena dengan tujuan melepaskan orang banyak dari malapetaka
               dan  keganasan  burung  Konggaaha.  Masyarakat  Kolaka kemudian

               menghadap  dan  menyampaikan keluh kesah dan  penderitaan  mereka
               selama dalam gangguan Konggaaha. Laki-laki sakti, Larumbalangi menerima

               permohonan orang banyak dan berjanji akan menghilangkan malapetaka
               itu dan melepaskan rakyat  dari penderitaan dan kesengsaraan  dengan
               membunuh  Konggaaha.  Larumbalangi  meminta warga  untuk  bersatu

               dalam  mengahadapi  upaya  serangan burung  Konggaaha.  Dia  menyuruh
               warga mengambil buluh (wuluh, jenis bambu), yaitu sejenis bambu yang

               telah diruncing. Dalam bahasa  Mekongga  dinamakan  dengan O Sungga.
               Warga menyiapkan perintah Larumbalangi dengan segera, yang dinamakan
               dengan Sungga. Sungga itu selanjutnya dipancangkan di tanah, tepatnya
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301