Page 389 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 389

yang ada ke wilayah lain di Indonesia.   meningkatkan dana bantuan untuk
 Program transmigrasi kemudian banyak   program transmigrasi atas dasar
 menuai kritik sebagai program yang   keberhasilan program yang efektif
 tidak dilandasi oleh alasan rasional.   dan efisien, sehingga perlawanan
 Meningkatnya jumlah penduduk di Jawa   terhadap program pemerintah Orde
 tidak akan menyebabkan kelaparan,   Baru juga semakin meningkat (Osborne
 akan tetapi transmigrasilah yang akan   2001:283).
 menimbulkan masalah baru, sebab
 negara harus menyiapkan anggaran,   Pada akhirnya, mengutip pendapat
 bantuan logistik, dan pengadaan   Seth Rumkorem dalam Tapol Bulletin
 infrastruktur (Otto Soemarwoto dalam   No. 63, Mei 1984, masyarakat Papua
 Osborne 2001:269), serta persoalan   tidak dapat menyalahkan kedatangan
 terkait kepemilikan tanah yang agaknya   para transmigran asal Jawa, atau
 tidak termasuk ke dalam kalkulasi   memulangkan mereka ke daerah
 program.  asalnya, sebab hal tersebut akan
 menjadi tindakan yang tidak manusiawi.
 Beberapa lahan yang dibuka untuk   Rumkorem cukup realistik ketika
 pemukiman baru dianggap sebagai   bermaksud melempar gagasannya ke
 perampasan dan penipuan oleh   permukaan mengenai pendirian negara
 negara. Pemerintah disebut telah   dari banyak suku dengan menerima
 mengambil hak masyarakat atas tanah   imigran dari berbagai pelosok dunia
 tradisional mereka dengan cara-cara   untuk membangun dan menggali
 pengusiran, lalu pemberian kompensasi   sumber daya alam Papua, namun
 yang seenaknya. Pada akhirnya,   bukan semata-mata berada di bawah
 lagi-lagi masyarakat beralih mencari   kendali Pemerintah Indonesia. Imigran
 bantuan dari OPM. Keinginan untuk   tersebut juga merupakan imigran
 memerdekakan diri bahkan dipicu pula   berkemampuan khusus, berbeda
 oleh negara tetangga Papua Nugini   dengan pendatang Jawa dari proses
 yang mendapatkan kemerdekaannya   transmigrasi yang tidak semuanya
 dari Australia di tahun 1973. Program   memiliki keahlian, sehingga para   Kampung Baru (transmigran) yang rapi dipagari kuat-kuat agar ratusan lembu tidak masuk
 transmigrasi terus dilanjutkan hingga   transmigran tersebut akan diposisikan   pekarangan. Kurang lebih 200 orang transmigran dari Ambarawa/Banyumas telah “Seni Subur”
 Repelita IV (1984–1989), oleh karena   sebagai warga negara kelas dua   masing-masing mendapat 1 hektar sawah, pekarangan 50 m dan sebuah rumah Kuprik
 dukungan dari IGGI yang justru   dalam gagasan Rumkorem tersebut.      Sumber : Arsip Nasional RI



 3722  PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA  3733
                                                                                        37
 37
 P
   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393   394