Page 111 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 111
memaksa, kau di bawah ancaman. Sebagai gantinya, aku akan
menceritakan semuanya. Kau akan tahu banyak hal.”
Julia berdiri, menarik napas panjang.
Satu mobil yang melintas melambat, menekan klakson. Aku
melambaikan tangan, mengacungkan jempol, semua oke, tidak
perlu dibantu. Mobil itu melaju lagi. Sekarang hampir pukul dua
belas, meski matahari terik membakar ubun-ubun, bukit hijau
menghampar sejauh mata memandang membuat sejuk suasana.
Rerumputan pinggir jalan tol terpangkas rapi, aromanya me-
nyegarkan.
”Aku tidak mau terlibat, Thom.” Julia menggeleng.
”Astaga, kau harus mengantarku. Aku tidak bisa mengemudi
dengan kaki pincang.”
Julia menggeleng untuk kesekian kali.
”Baiklah, jika ini yang ingin kauketahui. Aku tidak akan me-
nutupinya.” Aku meremas rambut, setengah sebal menatapnya.
”Om Liem melanggar banyak regulasi, itu benar. Dia ambisius,
memanfaatkan banyak koneksi untuk memuluskan bisnisnya,
dan begitu banyak kejahatan lainnya, itu benar. Dia jelas be-
debah. Tapi aku baru semalam menyadari ada yang keliru
dengan rencana penutupan Bank Semesta. Ada bedebah yang
lebih jahat lagi di luar sana. Om Liem sudah berjanji akan meng-
ganti seluruh uang nasabah, tidak akan mengunyah satu perak
pun uang mereka. Tapi aku butuh waktu untuk menghukum
orang-orang di balik semua ini. Beri aku waktu dua hari. Aku
punya rencana, kami tidak akan tertangkap. Kau hanya perlu
bersabar, membantuku, maka dua hari berlalu, kau akan men-
dengar seluruh cerita, penjelasan. Bahkan boleh jadi kau bisa
merangkaikan sendiri banyak hal tanpa perlu kuceritakan lagi.
109
Isi-Negeri Bedebah.indd 109 7/5/2012 9:51:08 AM