Page 337 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 337
”Silakan lewat, Pak. Maaf telah mengganggu.”
”Terima kasih,” Rudi menjawab pendek, tidak peduli. Dia
persis seperti orang marah sungguhan yang mencari tempat pe-
lampiasan, mendorong pinggangku dengan sikutnya, kasar. ”Jalan,
Bedebah! Terlalu banyak waktu kita terbuang sia-sia.”
Aku mengaduh kesakitan.
***
”Setiap kali ada penjahat yang dipindahkan, ada bagian khusus
di keamanan bandara yang akan menyiapkan surat-menyurat,
urusan administrasi, termasuk berkoordinasi dengan maskapai.”
Rudi memberikan penjelasan tambahan, lepas dari kerumunan
polisi. Kami berjalan cepat menuju ruang boarding.
”Tentu saja ini dokumen milik penjahat lain, Thomas. Aku
tidak punya waktu menyiapkan khusus buatmu. Termasuk
menyiapkan mantel dan kacamata hitam besar kamuflase.” Rudi
tertawa, seperti tahu apa yang hendak kutanyakan, menjawab
sebelum aku bertanya. Dia buru-buru memasang wajah galak lagi
ketika kami melintasi polisi-polisi lain—yang tidak memeriksa.
”Aku bergegas menuju ruangan itu saat meninggalkanmu tadi.
Berdoalah, semoga tidak ada polisi lain yang ke sana sekarang.
Atau mereka akan menemukan petugas escort serta penjahat
sungguhannya pingsan tumpang tindih di toilet,” Rudi menjawab
ringan.
Melewati penjaga pemeriksaan barang bawaan kabin, kami
tiba di pintu ruang boarding.
”Tetapi kita sudah terlambat, Rudi.” Aku mengembuskan na-
pas. Entahlah, lima menit terakhir, apakah aku terpesona dengan
335
Isi-Negeri Bedebah.indd 335 7/5/2012 9:51:13 AM