Page 341 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 341
”Mom?” Bocah bule itu berseru ketakutan, mencengkeram
lengan ibunya.
”Please take your child out, Madam. Now!” Tatapan galak, into-
nasi suara lebih pelan, tapi terdengar jelas tidak bisa ditawar.
”Ada apa? Ada yang bisa kami bantu?” Tergopoh-gopoh dua
petugas keamanan bandara mendekat—setelah lebih banyak
bingung melihat keributan.
”Situasi daurat. Bandara kami ambil alih selama setengah
jam.”
”Situasi darurat?” Petugas keamanan bandara menelan lu-
dah.
”Kalian akan membantu jika tidak banyak bertanya, duduk
rapi menonton. Paham?” Suara komandan terdengar amat me-
ngendalikan, mengatasi teriakan-teriakan ketakutan penumpang
di ruangan besar yang satu-dua berbisik jangan-jangan ada
ancaman bom.
”Eh?” Dua petugas keamanan saling lirik, berhitung dengan
situasi.
”Alfa dua, tango sembilan, pimpin yang lain kosongkan se-
luruh lobi kedatangan! SEGERA! Saya ingin semua lokasi steril
dalam waktu lima menit.” Komandan pasukan menoleh ke
belakang. ”Astaga, mengapa kalian tetap berdiri di sini, hah?
Bengong? Segera menyingkir dari sini!” teriaknya membentak
petugas keamanan bandara.
Anggota pasukan khusus menjalankan perintah sang ko-
mandan. Cepat sekali mereka mengambil alih situasi, membuat
wajah terperangah petugas keamanan bandara seperti ekspresi
pramuka siaga—hanya bisa menonton tanpa bicara apa pun.
Lima menit yang taktis, lobi kedatangan sudah bersih dari
339
Isi-Negeri Bedebah.indd 339 7/5/2012 9:51:14 AM