Page 346 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 346
”Semua siaga di posisi!” Komandan pasukan berteriak, meng-
angkat tangannya.
”Siap, Komandan!”
Steady!
Pesawat yang mereka tunggu beberapa detik lalu sudah men-
darat halus di runaway. Soft landing. Enam anggota pasukan
khusus itu tidak memedulikan suara mesin, baling-baling pe-
sawat yang memekakkan telinga. Mata mereka melotot tajam ke
depan, tegang memperhatikan target mereka.
Pesawat itu mulai melaju lambat di runaway sepanjang 2.500
meter. Pilotnya mengerem sesuai prosedur. Pesawat lantas ber-
putar anggun di ujung lintasan, seribu meter di kejauhan sana,
lebih pelan daripada biasanya, terlihat agak samar dari posisi
pasukan khusus, di antara mobil-mobil pengait pembawa bagasi.
Kemudian pesawat berbalik arah menuju bangunan bandara,
siap parkir di tempat yang disiapkan—bedanya, kali ini bukan
petugas ground handling yang memberikan aba-aba dengan ben-
dera, melainkan salah satu pasukan bersenjata.
Pesawat semakin dekat, terlihat semakin besar dan gagah.
Dengus napas enam anggota pasukan khusus semakin kencang.
Mereka sejak tadi bersiap dengan situasi apa pun, termasuk
baku tembak di pelataran parkir bandara. Roda pesawat men-
decit pelan, beberapa detik di bawah suara mesin dan baling-
baling yang masih memekakkan telinga. Pesawat berhenti sem-
purna di tempat. Salah satu petugas bergegas mendorong tangga
ke badan pesawat. Pintu pesawat terdengar mulai dibuka dari
dalam.
Begitu posisi tangga menempel ke badan pesawat, komandan
pasukan dengan pistol teracung, gesit naik, melangkahi sekaligus
344
Isi-Negeri Bedebah.indd 344 7/5/2012 9:51:14 AM