Page 349 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 349
sawat, santai dia lemparkan borgol yang dibungkus kotak nasi
ke dalam troli sampah.
Kami berada di ketinggian 30.000 kaki. Tidak ada yang bisa
dilakukan petinggi kepolisian itu sekarang, tidak mungkin dia
menyuruh anak buahnya mengejar hingga ke dalam pesawat.
Dan tidak ada juga yang bisa kulakukan sekarang di dalam
kabin pesawat, termasuk menelepon Maggie dan Julia menanya-
kan perkembangan situasi, atau menghubungi Kadek, menanya-
kan kabar terakhir Opa dan Om Liem di atas kapal. Jadi lebih
baik aku tiduran, sambil memikirkan jalan keluar masalah baru
yang segera akan kami hadapi. Dalam situasi seperti ini, aku
lupa kapan persisnya terakhir kali makan, mandi, dan tidur.
Aku menatap sejenak gumpalan awan di luar jendela pesawat.
Mengembuskan napas. Baiklah, tidur sejenak membuatku jauh
lebih segar. Sejak mengempaskan pantat di kursi, aku terus me-
mikirkan solusi masalah, tidak ada pilihan, ini rencana terbaik.
Aku melepas sabuk pengaman, berdiri.
”Kau mau ke mana? Ke toilet?” Rudi mendongak.
Aku menggeleng. ”Kita harus bersiap.”
Rudi melipat dahi, bersiap untuk apa? Pesawat bahkan belum
mengeluarkan roda.
”Mereka pasti telah menunggu kita, Rud,” aku berkata pelan.
Salah satu pramugari yang berdiri di tengah memberikan kode
agar aku duduk kembali, menunjuk lampu safety belt yang me-
nyala. ”Walaupun di manifes pesawat tidak ada namaku, mereka
tidak akan mengambil risiko, Rud. Aku berani bertaruh, satu
pasukan khusus sudah mengamankan bandara saat ini. Mantan
bosmu itu sedang mengamuk. Dia akan melakukan apa saja
untuk menangkapku, juga menangkapmu, anak buahnya yang
347
Isi-Negeri Bedebah.indd 347 7/5/2012 9:51:14 AM