Page 344 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 344
”Berbeda?” Aku menoleh, sedikit mengangkat kepala.
”Iya. Mereka berdua tidak pernah suka membaca buku, apa-
lagi buku cerita.” Opa manggut-manggut. ”Seusiamu, mereka
berdua lebih suka berjualan di pasar. Menghabiskan waktu luang
dengan membawa apa saja yang bisa dijual.”
Aku ber-oh pelan, tidak berkomentar.
”Itu buku tentang apa?” Opa memecah suara gerimis setelah
lengang sejenak.
”Tentang teluh jahat, Opa.”
”Teluh?” Dahi Opa terlipat sedikit.
”Iya. Ada janda yang suka membunuh siapa saja yang
dibencinya dengan teluh.” Aku mengangkat buku, menunjukkan
gambar depannya.
Opa mengangguk-angguk. ”Ceritanya seram?”
Aku tertawa. ”Tentu saja, Opa.”
Usiaku waktu itu baru genap enam belas. Aku sebenarnya ti-
dak suka buku itu, kucomot saja dari rak perpustakaan sekolah,
kumasukkan ke ransel, sebagai bahan bacaan selama liburan ka-
lau aku lagi bosan. Apalagi selama ini aku selalu senang meng-
habiskan waktu di rumah peristirahatan Opa. Aku tidak pernah
merasa perlu menyentuh buku-buku itu, kecuali sore ini. Se-
pertinya tidak ada ide yang lebih baik menghabiskan waktu
menunggu hujan reda selain membaca buku horor.
”Seberapa seram?” Opa bertanya lagi.
”Seram sekali, Opa. Seperti sungguhan.” Aku tertawa lagi.
”Ah, tapi tidak akan ada yang lebih seram dibandingkan penga-
laman Opa sewaktu muda.” Opa melambaikan tangan, memasang
wajah santai, menoleh menatap waduk dari jendela kusam.
342
Isi-Negeri Bedebah.indd 342 7/5/2012 9:51:14 AM