Page 34 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 34

bermusuhan  di  dalam  lingkaran  merah,  di  luar  itu  semua
               anggota  klub  adalah  teman  baik.  Semua  aktivitas  pertarungan
               dirahasiakan,  bahkan  besok  lusa  kalau  kau  bertemu  dengan

               anggota klub di manalah, tidak akan ada yang membahas kejadi-
               an semalam.”
                 Aku  mengangguk,  masih  tercengang  dengan  banyak  hal.
               Saat  Theo  mengajakku  pulang  pukul  dua  belas  malam,  per-
               tarungan  terakhir  sudah  selesai,  aku  memutuskan  menjadi
               anggota  klub.
                 ”Selamat  bergabung,  Thom.  Kalau  kau  mau,  minggu  depan
               kami bisa menjadwalkan pertarungan ekshibisi. Kau mau?” Randy
               yang menerima kartu kredit pendaftaranku mengedipkan mata.
                 Aku bergegas menggeleng. Itu ide buruk.
                 ”Baiklah,  minggu  depan,  pertarungan  kedua.  Tiga  ronde,
               masing-masing  lima  menit,  melawan,  eh,  Erik.  Ya,  Erik,  dia
               sudah sejak sebulan lalu menuntut jadwal bertarung. Nah, kau
               harus bersiap-siap.” Randy tidak peduli, dia tertawa lebar.
                 Itu kejadian tiga tahun lalu. Dan dengan segera aku menjadi
               bagian ”klub  bertarung”. Adalah  Erik  lawan  pertamaku.  Kalian
               bayangkan, seseorang yang tidak pernah bertinju, tidak pernah
               menguasai teknik bela diri apa pun, memasuki lingkaran merah

               di bawah tatapan dan seruan penonton. Aku gugup. Meskipun
               Theo sudah memberikan kursus selama tiga sesi, setiap pulang
               kerja, itu tidak cukup. Erik membuat pelipisku robek, berdarah.
               Dia membuatku tersungkur di ronde ketiga, persis saat lonceng
               berdentang.
                 ”Anggap  saja  lukamu  itu  sebagai  ganti  rapat  tadi  siang  yang
               menyebalkan,  Thom.  Kau  seharusnya  menyetujui  presentasiku,
               bukan membantainya.” Erik menyeringai, membantuku berdiri.

                                          32




       Isi-Negeri Bedebah.indd   32                                  7/5/2012   9:51:07 AM
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39