Page 38 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 38

AMPIR pukul satu dini hari. Setelah mandi, aku berganti
               pakaian tidur. Saatnya beristirahat.
                 Badanku remuk lepas pertarungan.
                 Sayangnya, suara dering telepon yang menyebalkan  tiba-tiba
               memenuhi  langit-langit  kamar. Aku  refleks  menyambar  bantal,
               menutup telinga sambil menyumpah, berusaha mengabaikan, dan
               melanjutkan tidur.
                 Tidak sesuai harapan, aku mendengus mengkal. Si penelepon
               pasti tidak pernah mendapatkan pelajaran etiket. Nada panggil
               sekian kali, itu artinya yang bersangkutan tidak mau menerima,
               sibuk, tidur, tidak ada di tempat, atau alasan logis lain yang bisa
               diterima akal sehat ras manusia. Siapa pun penunggu meja de-
               pan  hotel  mewah  malam  ini,  besok  lusa  akan  menerima
               komplain tanpa ampun yang pernah ada.
                 Aku melempar bantal, bersungut-sungut, menyadari dua hal.

               Satu,  telepon  sialan  ini  tidak  akan  berhenti  kalau  aku  tidak
               mengangkatnya. Dua, bahkan menginap di kamar terbaik, hotel

                                          36




       Isi-Negeri Bedebah.indd   36                                  7/5/2012   9:51:07 AM
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43