Page 41 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 41

memburuk sejak berita ini dimuat di koran-koran. Dan empat
               jam  lalu  saat  petugas  berdatangan,  memeriksa  banyak  hal,

               memasang  barikade  memastikan  aku  tidak  lari,  tantemu  tidak
               kuat  lagi.  Dia  jatuh  pingsan.  Datanglah,  Nak. Temui  tantemu.
               Sebelum jatuh pingsan, dia berkali-kali menanyakanmu, menatap
               pigura  foto  saat  kau  masih  kecil  dan  bersama  keluarga  besar
               kita.” Orang itu terbatuk sebentar.
                  ”Maafkan orang tua ini yang mencarimu malam-malam, Nak.
               Semoga  kau  tidak  semakin  membenciku.  Selamat  malam.”

               Sambungan telepon telah dimatikan.
                  Lorong kamar hotel terasa lengang.
                  ”Bagaimana?”  Ram  bertanya  setelah  aku  hanya  diam  satu
               menit.
                  Aku meremas jemari. Mengembalikan telepon genggam.
                  ”Seberapa serius?” Aku mengeluarkan suara.
                  ”Yang mana? Situasi di rumah? Atau keadaan tantemu?” Ram
               tertawa prihatin.
                  ”Dua-duanya.” Aku menghela napas.
                  ”Buruk. Dua-duanya buruk, Thom, apalagi situasi di rumah.
               Kau pastilah tahu, hanya soal waktu wartawan mulai berdatang-

               an,  memastikan  penangkapan  besar.  Mungkin  lebih  baik  kita
               bicarakan di mobil, waktu kita amat terbatas. Sekali mereka me-
               mutuskan menahan ommu, kacau-balau semua urusan. Kau ikut
               dengan kami?”
                  Aku terdiam.
                  ”Ayo, Thomas, putuskan.”
                  Aku akhirnya mengangguk. ”Beri aku satu menit untuk ber-

               ganti pakaian.”

                                           39




       Isi-Negeri Bedebah.indd   39                                  7/5/2012   9:51:07 AM
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46