Page 43 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 43
seluruh harta Om Liem digadaikan, itu tetap tidak akan cukup.
Come on, semua uang telah dipinjamkan ke pihak ketiga, bagai-
mana mungkin kau menarik uang dari mereka dengan cepat
untuk mengembalikan tabungan nasabah? Situasi semakin rumit,
karena kau pastilah sudah tahu dari berita-berita di media
massa, penyidik kepolisian dibantu otoritas bank sentral sejak
beberapa bulan memeriksa Bank Semesta. Urusan ini kapiran,
seperti halnya kau membenci ommu. Aku juga tahu bahwa
terlalu banyak transaksi tidak bisa dijelaskan di bank itu. Enam
tahun menguasai bank itu, Om Liem terlalu ambisius, tidak
hati-hati, menggampangkan banyak hal, dan melanggar begitu
banyak regulasi demi pertumbuhan bisnisnya.” Ram kembali
menghela napas.
”Kita sungguh tidak punya waktu hingga Senin lusa meng-
hadapi polisi yang mengepung rumah, Thom. Bahkan hanya
karena tantemu masih pingsanlah, mereka menahan diri belum
memborgol Om Liem. Cepat atau lambat, besok atau lusa, wajah
Om Liem akan terpampang besar di surat kabar, menjadi
headline. Pemilik bank besar dan imperium bisnis raksasa telah
tumbang.”
Aku menelan ludah. Menatap deretan gedung tinggi dari atas
jalan layang.
”Bukankah dia punya banyak kenalan orang penting dan ber-
kuasa untuk menyelamatkan bank itu?” Akhirnya aku ber-
komentar.
Ram tertawa masam. ”Dia punya lebih banyak musuh dan
orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari kolapsnya
Bank Semesta, Thom. Mereka berebut ingin mendapatkan aset
berharga yang dijual murah. Dia sudah terdesak. Kabar terakhir
41
Isi-Negeri Bedebah.indd 41 7/5/2012 9:51:07 AM