Page 355 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 355

dengan tampilan yang lebih gelap, tubuh semakin kurus, rambut
               tidak terawat, mata putih yang semakin kelam, malam itu juga
               beruntun  terjadi  kematian  empat  penduduk  tanpa  sebab.  Saat

               pagi  buta,  terdengar  ratapan  pilu  yang  ditinggalkan,  memeluk
               suami, istri, atau anak yang mati mendadak, Mata Picak justru
               sedang tertawa gelak di rumahnya, begitu senang, begitu megah,
               membuat senyap puluhan meter sekitar, gentar, ngeri. Entah ke
               mana  lagi  Mata  Picak  menambah  ilmu  sesatnya.  Sekarang  dia
               bahkan tidak membutuhkan alasan untuk membunuh orang.
                  ”Orang-orang semakin takut padanya. Jangankan mendongak
               melihat  wajahnya,  mendengar  Mata  Picak  melintas  saja  semua
               segera menyingkir, berebut berlari masuk rumah, menutup pintu
               dan  jendela  rapat-rapat.  Tidak  ada  yang  ingin  bernasib  sama
               seperti sekerumunan pemuda yang telanjur asyik duduk di atas
               kursi bambu panjang beberapa minggu lalu. Mereka tidak me-
               nyadari dukun teluh akan lewat. Mereka tertawa-tawa, bergurau
               satu sama lain, memukul kursi. Mata Picak yang terganggu men-
               dengar suara tawa itu, benar-benar hanya karena terganggu men-
               dengar suara tawa, menyemburkan ludahnya yang berwarna pekat
               dan  busuk  ke  tanah.  Empat  pemuda  itu  gagu  dan  lumpuh  se-
               ketika.

                  ”Hanya  sedikit  saja  penduduk  kampung  yang  bisa  berada
               dekat  dengannya.  Itu  pun  karena  mereka  menganggap  Mata
               Picak guru. Mereka bersedia disuruh-suruh, membantu keperlu-
               an sesaji Mata Picak, ikut melaksanakan ritual, berpakaian sama
               kusamnya, berpenampilan sama seramnya, menjadi centeng Mata
               Picak,  bahkan  bersedia  mengorbankan  apa  saja  jika  diminta.
               Kejam  sekali  sebenarnya,  bahkan  tidak  masuk  akal,  karena  itu
               bisa berarti mengorbankan anak dan istri sendiri.”

                                          353




       Isi-Negeri Bedebah.indd   353                                 7/5/2012   9:51:14 AM
   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360