Page 358 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 358

ERIMIS terus membungkus waduk. Aroma masakan Tante
               Liem di dapur tercium hingga kamar. Selalu begitu, setiap kali
               tahu aku datang ke rumah peristirahatan, Tante Liem memaksa-
               kan  diri  ikut  datang,  selalu  memasakkan  makanan  yang  enak-
               enak,  selalu  ingin  menebus  masa-masa  hilang  itu.  Aku  tidak
               keberatan, sepanjang Om Liem tidak ada. Sore ini, aku meng-
               abaikan  betapa  lezatnya  aroma  masakan  Tante  Liem.  Otakku
               sempurna  tertuju  pada  cerita  Opa,  tidak  sabaran  menunggu
               kalimat berikutnya, seperti pencinta cerbung sedang menunggu
               episode baru besok pagi.
                 ”Kau tahu, Tommy,” Opa melanjutkan cerita setelah menghela
               napas panjang menatap kaca jendela berembun, ”bagi pengikut

               animisme—iya, tentu saja Mata Picak adalah salah satu pengikut
               animisme,  penyembah  kekuatan  alam,  dia  bahkan  pengikut
               nomor wahid—pertanda alam besar selalu menjadi kesempatan
               hebat.  Hutan  gelap,  kuburan  meranggas,  gua-gua  berkelelawar,
               kelenteng rapuh, itu tidak ada apa-apanya dibanding banjir besar

                                         356




       Isi-Negeri Bedebah.indd   356                                 7/5/2012   9:51:14 AM
   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362   363