Page 75 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 75
persegi. Dibangun sejak tahun 1957, waduk ini waduk terbesar
di Indonesia. Berapa jumlah penduduk yang harus digusur
selama proses pembangunannya? Bayangkanlah sendiri, meng-
ingat lokasi waduk ini termasuk salah satu lahan subur, area
pertanian, dengan penduduk yang padat, dan itu setara dengan
menggusur penduduk seluruh kota Palangkaraya, atau Ambon,
atau Palu.
Aku tidak peduli soal penggusuran—toh penguasa saat itu
mungkin sambil mengupil menandatangani surat perintah peng-
gusuran. Yang aku peduli, kalian pernah datang ke Waduk
Jatiluhur? Rekayasa tangan manusia membuat lembah itu ber-
ubah banyak, dan kabar baiknya, dengan hamparan air luas,
Waduk Jatiluhur terlihat indah bukan kepalang.
Mobil ambulans yang kukemudikan memasuki jalan lengang
menuju rumah peristirahatan Opa ketika semburat merah
matahari memenuhi ufuk timur, kabut masih mengambang di
perbukitan, dan permukaan waduk terlihat begitu mengilat me-
mesona. Aktivitas di bungalo, hotel, bar, restoran, perkemahan,
water park, dan lapangan tenis mulai menyeruak. Nelayan ke-
ramba, petani, pekerja, anak-anak sekolah, dan penduduk se-
tempat juga mulai terlihat sibuk.
Mobilku terus melaju ke salah satu tepi waduk.
Lima belas tahun lalu Opa memutuskan membeli tanah
seluas dua puluh hektar di sudut paling eksotis waduk, lantas
membangun rumah kecil yang nyaman dan menyenangkan.
Seperti kastil negeri-negeri Eropa yang bukan saja memiliki
halaman rumput luas terpangkas rapi, tapi juga halaman bela-
kang berupa danau yang luas. Seperti ranch peternakan, seperti
kebun anggur. Waktu aku masih belasan tahun, aku sering
73
Isi-Negeri Bedebah.indd 73 7/5/2012 9:51:08 AM