Page 118 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 118

Semua orang akan  pangling, gajah jumbo atau paus bunting itu sudah bagai  bidadari

               dari langit. Semakin keras Jo bekerja, semakin cantik dia. Sementara Vin? Inilah mulai
               rumitnya mekanisme baru ini. Yang pertama kali tumbang tentu saja bisnis kosmetik.

               Ketika  kecantikan  harus  dibeli  dengan  kerja  keras,  perusahaan-perusahaan  kosmetik

               bangkrut,  ribuan  karyawannya  dipecat,  dan  mereka  jatuh  jelek  (jatuh  miskin  dalam
               definisi  lama).  Jangan  tanya  boyband,  atau  apa  saja  yang  selama  ini  hanya  jualan

               ketampanan atau kekerenan, mereka gugur bagai daun kering yang rontok.


               Siapa yang perlu produk kecantikan kalau cantik sudah menjadi mata uang. Siapa pula

               yang sibuk mengidolakan paras-paras tampan sekarang, mereka punya masalah sendiri.

               Malas bekerja, alamat wajah semakin jelek. Siapa yang rajin dan bekerja  keras, dialah
               yang memenangkan kompetisi baru ini.



               Nah, dalam kompetisi kecantikan  sesadis  itu, gadis-gadis  di  dunia berebut pekerjaan,
               tentu  saja  menemukan  pekerjaan  tidak  mudah  lagi,  apalagi  bagi  bekas  karyawan

               perusahaan kosmetik, tidak ada yang mau merekrutnya. Vin menganggur enam bulan

               terakhir, karena itulah dia semakin jelek karena terus membayar kebutuhan hidupnya
               dengan sisa tampilan wajah dan fisik yang tersisa.


               Kenapa  Jo  tidak  membantu  Vin?  Masalahnya  meskipun  Vin  punya  teman  sekaya,  eh,

               maksudnya  secantik  Jo,  mekanisme  itu  tidak  mengijinkan  transfer,  hibah,  hadiah,

               bahkan mewarisi. Kecantikan harus diperoleh—berbeda dengan kekayaan uang dalam
               definisi  dunia  lama.  Meskipun  cantik  raya,  Vin  tidak  bisa  memberikan  kecantikan

               kepada adiknya, atau kepada ibunya, apalagi kepada Jo. Satu-satunya yang boleh hanya

               menanggung biaya hidup, menahan seseorang lebih jelek lagi, itu bisa dilakukan.


               “Kau  tidak  perlu  terus  membayar  sewa  apertemenku,  Jo.”  Vin  berkata  pelan,  mereka
               sedang makan siang bersama, “Aku pasti akan segera dapat pekerjaan baru, setidaknya

               untuk membayar keperluan sendiri.”


               Jo hanya berdehem sekilas, dia sibuk dengan layar laptopnya, sibuk bekerja, berkali-kali

               melirik  jam  di  pergelangan  tangan.  Tadi  dia sebenarnya  malas  makan  siang  bersama

               Vin, waktunya berharga sekali, demi kecantikan.
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123