Page 121 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 121

Vin sungguh tidak mau merepotkan siapapun, termasuk Jo teman baiknya sejak SMA.

               Dia sudah melarang siapapun memberitahu Jo kalau dia masuk rumah sakit, tapi adik Jo
               sendiri  yang  tidak  tahan  melihat  kondisi  Vin,  menelepon  kakaknya,  bilang  sahabat

               terbaiknya  masuk  rumah  sakit  karena  sudah  terlalu  jelek,  tidak  ada  lagi  yang  bisa

               membayari biaya berobatnya.


               “Maafkan aku.” Vin menyeka ujung matanya. Berusaha tersenyum menatap Jo. Lihatlah,

               teman baiknya adalah wanita tercantik di kota mereka saat ini. Dia merasa bersyukur
               sekali pernah berteman dekat, merasa bangga.



               “Ya hallo,” Jo tidak memperhatikan Vin, dia sedang sibuk menjawab telepon, “Astaga,
               aku  tidak  bisa  menghadirinya  sekarang.  Kalian  bisa  urus  sendiri,  kan?  Ayolah,  becus

               sedikit  bekerja,  hah?  Ya  hallo?  Aku  sedang  di  rumah  sakit.  Ada  yang  sakit,  ya,  hallo,

               merepotkan sekali memang.”


               Vin menelan ludah.


               “Ya hallo, tidak akan lama. Kalian urus sendiri saja.” Jo masih berkutat dengan telepon,

               “Tidak ada yang perlu dibantu, ini hanya masalah kecil, aku lagi bersama orang-orang
               jelek sakit, di rumah sakit jelek, kalian tahulah.”



               Vin tertunduk.


               “Maaf, aku harus bergegas, Vin.” Jo sudah memasukkan telepon ke tasnya, melambai ke

               lorong  rumah  sakit,  Erik  Tarore  sudah  datang  menjemputnya,  “Aku  akan  membayar
               semua biaya rumah sakit. Bye.”


               Punggung  Jo  hilang  dari  balik  pintu,  sambil  berseru  senang  menyambut  Eriknya.  Vin

               hanya tergugu. Tidak, dia tidak sedih mendengar kalimat Jo, dia tahu, dari lubuk hatinya

               paling dalam, Jo tidak berniat demikian. Jo tetap sahabat terbaiknya. Dia sedih karena
               betapa  dia  telah  membebani  kehidupan  Jo,  kenapa  dia  terus  tidak  bisa  memperoleh

               pekerjaan di mekanisme baru dunia.
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126