Page 119 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 119

“Aku  lebih  suka  Jo  yang  lama.”  Vin  berkata  pelan,  “Kau  sekarang  berubah  sekali.
               Pendiam. Dingin.”



               Jo lagi-lagi hanya berdehem, tidak memperhatikan.


               “Sudah berapa lama kita tidak makan siang sambil tertawa, mentertawakan olok-olok

               orang misalnya. Pergi berliburan berdua.” Wajah Vin yang semakin jelek terlihat agak
               pucat siang itu, hanya suaranya saja yang tetap terdengar riang.



               “Aku sibuk, Vin.” Jo memotong.


               “Iya, kau terlihat sibuk sekali.” Vin menelan ludah.


               Hening sejenak.



               “Apakah kau baik-baik saja?” Vin ragu-ragu bertanya, Jo semakin serius menatap layar
               laptopnya.


               “Tentu  saja  aku  baik-baik  saja,  bukan?”  Jo  menyergah,  mengangkat  dagunya  tinggi-

               tinggi, memasang gaya, lihatlah, dia cantik sekali, kaya raya, eh, cantik raya, apanya yang

               tidak baik-baik saja?


               “Eh, maksudku apakah kau bahagia, Jo?”


               Jo tertawa, pertanyaan yang aneh. Jelas-jelas dia bahagia. Melirik sekali lagi pergelangan

               tangannya, tidak sabaran, menatap ke depan. Jo tertawa lebar lagi, lihat, di pintu kafe,
               melambai  seorang  pemuda  tampan,  Erik  Tarore,  nah,  sudah  sebulan  terakhir  Erik

               seperti anak kecil selalu melakukan pendekatan padanya. Apanya yang tidak bahagia?


               “Aku harus pergi, Vin. Maaf, kau habiskan saja makan siangnya. Aku harus menghadiri

               acara para sosialita cantik jelita di hotel mewah, ditemani kau tahu, siapa lagi, si Erik.

               Kalau ada perlu, telepon aku, nanti akan aku tanggung semua biaya hidupmu.” Jo sudah
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124