Page 7 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 7

spesial? Istimewa? Please deh, Rio itu memang gentle, dia ramah ke semua orang, baik hati, di

               samping eh, tentu saja tinggi, tampan dan pintar, plus jago main basket.

               “Nana, katanya mau bikinin mie instan?” Salah-satu teman mengerjakan tugas desain interior

               nyeletuk, sesaat setelah cerita ‘versi sesat’ Puteri selesai.


               “Kami ngobrol banyak loh, Sari.” Di atas sofa, Puteri masih sibuk bercerita, yang lain masih sibuk
               memperhatikan.


               “Oh ya?” Sari nyengir.


               “Itu makan malam yang menyenangkan.”


               Aku  yang  berdiri  di  belakang  kerumunan,  menepuk  jidat.  Aduh,  paling  juga  Puteri  cuma
               melongo melihat teman-teman Rio ngobrol. Apanya yang menyenangkan?


               “Nana, laper, nih? Mie rebusnya buruan?”


               “Sebentar, sih.” Aku masih ingin mendengarkan cerita Puteri, memastikan beberapa hal.


               “Ayo, Na. Kamu kan paling pintar masak.”

               Aku  mengomel  dalam  hati,  satu  untuk  cerita  Puteri,  satu  lagi  untuk  request  mie  rebus  dari

               teman-teman. Sudahlah, balik kanan, kembali ke dapur kontrakan.


               “Rio bahkan nanya, aku punya akun facebook atau nggak?” Sari masih berceloteh, terdengar.

               “Oh ya?”


               “Yang enak seperti biasa ya, Na.” Teman mengerjakan tugas berseru, mengacungkan jempol


               Aku tidak menjawab.


                                                           ***
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12