Page 11 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 11

Aduh, aku menggaruk kepala yang tidak gatal, siapa yang naksir? Aku cuma memastikan, biar

               Puteri  tidak  terlalu  GR  atas  komen  dan  like  Rio  di  facebooknya,  hanya  itu.  Siapa  pula  yang
               cemburu? Anak ini semakin error GR-nya.


               Sari semakin terpingkal, menonton kami yang bertengkar.


               Lima  belas  menit,  Sari  menyuruh  kami  berhenti.  Sudah  malam,  Puteri  sengaja  masih  saja
               menyelidik, aku terus membantah. Kami masuk kamar masing-masing tanpa kesimpulan, sebal

               malah.

               Enak saja Puteri bilang aku bukan type-nya Rio. Kalau saja aku tidak memiliki prinsip tidak mau

               dekat-dekat dengan teman cowok kecuali memang mau serius,  sudah sejak dulu mudah saja
               membuat Rio naksir padaku. Kalau saja aku tidak memiliki prinsip lebih baik menyibukkan diri,

               terus belajar, kecuali memang sudah serius, justeru Puteri itulah yang tidak masuk sainganku.


               Aku menggerutu sebal menatap langit-langit kamar.

                                                           ***


               Seminggu berlalu, tetap begitu-begitu saja kelakuan Puteri.


               “Sariiii, siniii. Ada yang baru!!” Puteri persis seperti pembawa acara berita televisi yang sedang
               live liputan aksi, berseru antusias.


               Aku  dan  Sari  yang  sedang  duduk,  belajar  di  ruang  tengah  bersama  Puteri  yang  asyik  main

               internetan di sofa, menoleh.

               “Ada apa?” Sari bertanya.


               “Rio, Sar, Rio!” Sari mendesis riang.


               “Ada apa dengan Rio?”


               “Rio bilang selamat ulang tahun.”


               “Lantas?” Aku yang bertanya, sedikit tidak sopan.
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16