Page 13 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 13

kapan Puteri suka basket dan sepakbola? Gara-gara Rio pasang status soal itu, dia buru-buru

               ikut pasang status suka klub bola favorit Rio. Sejak kapan Puteri suka band rock? Gara-gara Rio
               pasang foto anggota band cadas itu, Puteri bergegas mendeklarasikan dia paling suka dengan
               band itu. Menunggu-nunggu Rio like atau komen statusnya, lantas semangat bercerita. Apanya

               yang spesial?  Bahkan kalau Rio nulis status dia suka ngupil atau kentut sembarangan, maka
               Puteri akan menjadi orang pertama yang ikut-ikutan nulis status ngaku suka ngupil dan kentut

               sembarangan juga, lantas semalaman menunggu kapan Rio akan mengunjungi profilenya.


               Aku  justeru  sedang  berbuat  baik  pada  Puteri,  mencoba  menasehati,  mengingatkan,  sudah
               berapa kali coba dia galau semalaman gara-gara nungguin like atau komen Rio? Ucapan selamat
               ulang tahun itu biasa, Rio selalu bilang kalimat itu di wall teman-temannya yang tersambung,

               dan selalu rajin yang pertama. Aku sering periksa kok, aku tahu sekali.


               “Idih, Nana marah.” Puteri berseru di atas sofa, “Kalau marah, berarti benar, dong, Nana juga
               naksir Rio?”


               Sari  nyengir  menatap  punggungku  hilang  di  balik  pintu  dapur.  Tidak  berkomentar,  masih
               dengan sisa tawanya melihat aku dan Puteri bertengkar barusan.


               Puh,  aku  tidak  akan  menghabiskan  waktu  mendengar  lantas  bertengkar  soal  ‘pertemanan’

               akrab mereka di facebook. Apa tadi Puteri bilang? Kasihan Nana, gebetannya naksir aku. Omong
               kosong. Baik, aku akui saja, aku juga suka dengan Rio, siapa sih yang tidak suka? Dia ideal dalam
               banyak  hal.  Aku  juga  suka  memeriksa  timeline-nya,  meski  tidak  berani  nge-add.  Karena  aku

               tidak akan menanggapi cowok manapun kalau hanya untuk teman dekat, kecuali teman hidup,
               serius. Baiklah, bikin kue selalu berhasil mengusir sebalku selama ini.


                                                           ***


               Rumah  kontrakanku  yang  selama  ini  selalu  damai  dan  tenteram  jadi  berantakan  gara-gara
               dunia maya Puteri. Aku sebenarnya memutuskan berhenti menanggapi apapun update Puteri

               tentang  dunia  itu—meski  Sari  tidak,  Sari  malah  seperti  mendapat  bahan  hiburan  baru,
               menggoda Puteri. Sialnya, yang namanya tinggal satu atap, kami tetap bertemu satu sama lain,

               berpapasan  menuju  kamar  mandi,  duduk  di  depan  televisi,  dan  sebagainya.  Kami  tidak
               bertengkar  serius  sih,  namanya  juga  sahabat  baik,  tapi  ‘perang  dingin’  ini  menjengkelkan.

               Apalagi kalau Puteri sambil berpapasan, sengaja ber-cie-cie, meledek, bilang masih cemburu nih
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18