Page 12 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 12

“Ya tidak ada lantas-lantasnya. Aduh, padahal aku kan ulang tahunnya baru besok loh. Ini juga
               belum jam dua belas malam, loh,” Puteri cengengesan riang, “Rio orang pertama yang bilang. Dia
               pasti sengaja .”


               “Biasa saja kali.” Aku kembali ke buku tebal tentang desain, “Paling juga karena setting waktu

               facebook Rio pakai negara Amerika Serikat, jadi waktunya lebih cepat dibanding kita, notifikasi
               ada  teman  yang  ulang  tahun  muncul  lebih  cepat,  dia  tidak  sengaja  kecepatan  bilang,  bukan

               sengaja ingin jadi orang yang pertama bilang.”

               “Dasar  pencemburu.”  Puteri  melempar  gulungan  tissue  ke  arahku,  tidak  terima  atas

               analisisku—yang sebenarnya amat masuk akal itu.


               Sari tertawa, segera ber-hsss sudah-sudah jangan bertengkar.


               “Benar,  kan?  Itu  memang  tidak  spesial,  kan?”  Aku  menatap  protes  kepada  Sari,  bagaimana
               mungkin Sari selalu membesarkan hati Puteri? Jelas-jelas itu hanya facebook? Di dunia nyata,
               aku yakin bahkan Rio tidak akan bilang kalimat itu langsung di kampus.


               “Kamu naksir Rio kan, Na? Ayolah, ngaku saja.” Puteri nyengir, balas berseru tidak sopan.


               “Bukan itu poinnya.” Aku mengelak.


               “Ayo  ngaku  saja,  Na”  Puteri  memonyongkan  bibirnya,  “Kasihan  Nana,  gebetannya  ternyata
               naksir aku.”


               “Siapa yang naksir kamu, Put? Rio? Aduh, jangan GR deh.” Aku balas memonyongkan bibir.


               “Itu buktinya! Komen wall di facebook. ‘Selamat ulang tahun, Put. Semoga Puteri selalu cantik
               dan baik hati seperti seorang Puteri’” Puteri mana mau kalah.


               Sari lupa kalau dia harusnya melerai, sekarang malah tertawa lebar melihat kami saling berseru.


               Aku  berdiri  kesal,  membawa  buku  tebal  tentang  desain.  Baiklah,  malam  ini  mending  aku

               menyelesaikan  pesanan  kue  dari  teman-teman.  Masak  di  dapur.  Daripada  belajar  di  ruang
               tengah  mendengarkan celoteh  Puteri  yang  semakin  galau  se-semesta.  Coba  bayangkan,  sejak
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17