Page 8 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 8

Tugas desain interior itu sudah kelar sekitar jam sembilan malam. Teman-teman sudah pamit

               pulang, menyisakan aku, Sari dan Puteri penghuni kontrakan. Kami bertiga teman sejak SMA,
               sekarang  sama-sama  kuliah  di  satu  kampus  meski  berbeda  jurusan.  Aku  dan  Sari  di  jurusan
               desain, Puteri jurusan Manajemen, dan Rio, eh, kenapa aku harus menyebut-nyebut nama Rio

               lagi? Baiklah, Rio di jurusan teknik.


               Karena  teman  dekat,  daripada  nge-kost  masing-masing,  kami  bertiga  memutuskan  ngontrak
               rumah  tiga  kamar,  biar  lega.  Aku  yang  punya  ide  ngontrak.  Agar  ada  ruang  tamu,  ruang

               ngumpul, dan yang pasti ada dapur. Dapur? Iya, karena aku suka masak. Saking sukanya, sudah
               enam  bulan  terakhir,  aku  iseng  bikin  bisnis  kue-kue  basah  dan  kering.  Di  dapur  ada  oven,
               peralatan bikin kue, lengkap. Tidak besar-besar amat, hanya menerima pesanan teman-teman

               dekat.  Mendesain  sambil  diselingi  bikin  kue  itu  seru.  Nah,  Sari  dan  Puteri  tentu  saja  tidak
               keberatan, malah senang, setidaknya bisa gratis ngemil kue kalau aku lagi bikin.


               “Sari! Nana!” Ada yang berseru kencang, persis saat aku melemparkan badan di atas kasur, mau

               tidur.

               “Sari! Nana!” Puteri pasti akan terus berteriak memanggil dari kamarnya kalau kami tidak ke

               sana.


               “Ada  apa,  sih?”  Sari  masuk  lebih  dulu,  mendekat  ke  Puteri  yang  sedang  duduk  menghadap
               laptopnya.


               “Statusku di-like.” Wajah Puteri terlihat memerah bahagia, andaikata bisa dilustrasikan seperti
               komik-komik remaja, malah ada kembang warna-warni, pelangi segala di atas kepalanya. Tuing,

               tuing.

               “Di like siapa?” Sari ingin tahu, menyeruak melihat layar laptop.


               “Rio.”


               Aduh, aku lagi-lagi menepuk jidat. Ternyata kami dipanggil teriak-teriak hanya karena urusan

               facebook.
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13