Page 9 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 9

“Tadi dia request nge-add aku, lantas aku add. Aku kan tadi pasang status, ‘makan malam yang

               menyenangkan,  thx’,  terus  dia  like.”  Puteri  sumringah  sekali  menjelaskan—sesuatu  yang
               sebenarnya tidak perlu dijelaskan.


               “Lihat, kan?” Puteri menunjuk timeline facebooknya.


               Aku  balik  kanan,  menghela  nafas,  itu  biasa  saja  kali.  Rio  jelas-jelas  baru  terkoneksi  dengan
               Puteri, basa-basi nge-like statusnya Puteri. Tidak ada hubungannya dengan makan malam yang

               ‘menyenangkan’ barusan.

                                                           ***


               Maka, suasana rumah kontrakan kami segera berubah drastis seminggu terakhir. Puteri sibuk

               atas  ‘pertemanan’  barunya  di  dunia  maya  dengan  Rio. Maksudnya,  sibuk memanggil-manggil
               kami,  memberitahu  jika  ada  yang  ‘spesial’  menurutnya.  Karena  Puteri  itu  level  ke-GR-annya

               tingkat nasional, maka itu berarti apa saja berarti spesial baginya.

               Puteri  pasang  status,  ‘Tadi  ketemu  orang  keren  di  kampus’,  di  like  Rio,  wajah  Puteri  persis

               seperti orang habis menang quiz berhadiah pulau. Status milik Puteri tentang, ‘Aku suka film
               Batman  yang  baru’,  dikomen  Rio,  ‘Aku  juga  suka  loh,  Put’.  Puteri  langsung  berbunga-bunga,

               bahkan  bunga  sungguhan  di  depan  rumah  kontrakan  kami  kalah  meriah.  Atau  status  Puteri
               tentang:  ‘Terima  kasih  sudah  bayarin  angkot  tadi’,  dikomen  Rio,  ‘Sama-sama,  Put.  Lain  kali
               kamu yang bayarin.’ Puteri semangat sekali bercerita panjang lebar, sampai berbusa-busa.


               Demi pertemanan sejak SMA, aku mau mendengarnya, walaupun kesal. Karena kalau dipikir-

               pikir dengan akal sehat, sebenarnya apa yang spesial? Ketemu orang keren di kampus? Boleh
               jadi Rio mikir itu orang lain yang dimaksud Puteri, seharian di kampus, ada berapa ratus coba
               orang  yang  kita  temui.  Sama-sama  suka  film  Batman  yang  baru, siapa  yang  tidak?  Itu  bukan

               berarti ada  kesamaan spesial  diantara Puteri dan Rio. Dibayarin ongkos angkot? Aduh, jelas-
               jelas Puteri lupa bawa dompet, kebetulan satu angkota dengan Rio, masa’ Rio tega membiarkan

               Puteri  terpaksa  jadi  kernet  angkot  selama  satu  jam  sebagai  ganti  ongkos yang  tidak  mampu
               dibayarnya?


               Tetapi tidak bagi Puteri yang sejak kami masuk kampus itu, sudah ngebet kelas berat dengan

               Rio.  Pertemanan  dunia  maya  ini  terasa  sungguhan  benar  olehnya,  padahal  di  dunia  nyata?
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14