Page 15 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 15

sekali-dua  mengajak  Sari  bicara—kebetulan  mereka  sama-sama  pengurus  organisasi

               kemahasiswaan. Puteri? Hanya kebanyakan senyum manis, sampai kering tuh gigi.

               Dan puncaknya, taraaa, persis makanan pesanan kami tandas masuk ke dalam perut, Rio tiba-

               tiba justeru mengajakku bicara, “Eh, Nana kan, ya?”


               Aku yang barusaja duduk, habis mencuci tangan dari wastafel, mengangguk. Ada apa?


               “Eh, maaf, walaupun sering ketemu kita jarang bicara, ya.” Rio nyengir.

               Aku mengangkat bahu. Tidak masalah.


               “Nana punya akun facebook nggak sih?”


               Aku mengangguk.


               “Bagi dong namanya. Nanti aku add.”


               Senyum manis lima senti Puteri yang duduk di sebeahku langsung padam.


                                                           ***

               Sari terpingkal melihat wajah masam milik Puteri sepanjang perjalanan pulang naik angkot.


               Terus  terang  saja,  aku  senang  sekali  diajak  bicara  oleh  Rio  barusan.  Bahkan  hatiku  seperti

               hendak meletus saat Rio bertanya akun facebook. Sesaat, aku paham kenapa dulu Puteri senang
               dan bertingkah aneh banget berteman dengan Rio di facebook.


               “Tuh, sudah di add, Sar.” Aku nyeletuk, memperlihatkan layar telepon genggam, kami bertiga
               duduk berderet, “Kira-kira aku approve nggak sih?” Pura-pura bertanya bloon.


               Di sebelah Sari, Puteri melotot, tapi tidak bicara.


               Sari tertawa, mengangguk, “Di approve dong, Na.”
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20