Page 520 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 520

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                terjadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta 17 Agustus 1945.
                Mereka baru mengetahuinya pada tanggal 28 Agustus 1945.
                        Untuk  memperkuat  pemerintahan  nasional  di  Gorontalo  yang
                baru  saja  diambil  alih  dari  tangan  Jepang,  maka  Nani  Wartabone
                merekrut  500  pemuda  untuk  dijadikan  pasukan  keamanan  dan
                pertahanan. Mereka dibekali dengan senjata hasil rampasan dari Jepang
                dan  Belanda.  Pasukan  ini  dilatih  sendiri  oleh  Nani  Wartabone,
                sedangkan  lokasi  latihannya  dipusatkan  di  Tabuliti  dan  Suwawa.
                Wilayah ini sangat strategis, berada di atas sebuah bukit yang dikelilingi
                beberapa  bukit  kecil,  dan  bisa  memantau  seluruh  Kota  Gorontalo.  Di
                tempat  ini  pula,  raja-raja  Gorontalo  zaman  dahulu  membangun
                benteng-benteng pertahanan mereka.

                        Setelah  menerima  berita  proklamasi  dari  Jakarta,  maka  pada
                tanggal  1  September  1945  Nani  Wartabone  membentuk  Dewan
                Nasional  di  Gorontalo  sebagai  badan  legislatif  untuk  mendampingi
                kepala pemerintahan. Dewan yang beranggotakan 17 orang ini terdiri
                dari para ulama, tokoh masyarakat dan ketua parpol. G. Maengkom dan
                Muhammad  Ali  adalah  dua  dari  17  orang  anggota  dewan  tersebut.
                Dalam upaya mempertahankan Pemerintahan Republik Indonesia, maka
                para pemuda berhasil merebut senjata dari markas-markas Jepang pada
                13 Sepember 1945. Pada tanggal 30 November 1945 Nani Wartabone
                pun  ditangkap  ketika  melakukan  perundingan  dan  dipenjarakan  di
                Jakarta.
                        Dalam perjuangan rakyat Sulawesi (terutama di Kolaka) nampak
                keikutsertaan   kaum     perempuan     cukup    meyakinkan     dalam
                mempertahankan  kemerdekaan.  Sehingga,  perjuangan  rakyat  dalam
                mempertahakan RI merupakan perjuangan seluruh rakyat dengan tidak
                membedakan  jenis  kelamin,  kepercayaan,  suku,  dan  asal-usul.  Dalam
                wadah  PRI  misalnya,  nampak  persatuan  antara  golongan  Islam  dan
                Kristen  dalam  perjuangannya  membela  kemerdekaan.  Begitupun  suku
                Mekongga,  Bugis,  Manado,  Ambon,  Timor,  dan  lain  lain  bahu
                membahu dalam perjuangan. Kader-kader PSII, Muhammadiyah/Hisbul
                Wathan,  PNI,  bekas  KNIL,  bekas  Heiho/Seinendan/Romusya  bersatu
                dalam perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.


                D. Konflik  Tokoh Daerah
                        Sebelum  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangie  datang  ke  Makassar,
                Nadjamuddin Daeng Malewa sudah menjadi tokoh pergerakan nasional



                508
   515   516   517   518   519   520   521   522   523   524   525