Page 546 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 546

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                menggunakan  jalan  diplomasi  dari  pada  konfrontasi  fisik.  Menurut
                            21
                Leirissa dkk,  penggunaan jalan diplomasi ini dilakukan terkait dengan
                masalah politik di Maluku.
                        Perjuangan  mempertahankan  kemerdekaan  di  Maluku  memang
                mendapat  tanggapan  dari  masyarakat  terutama  kelompok  pemuda  di
                Ambon.  Namun,  kondisi  di  Ambon  yang  pada  Desember  1945  sudah
                berada  di  bawah  kekuasaan  pemerintahan  NICA,  maka  para  pemuda
                belum  dapat  melaksanakan  aksi-aski  mereka.  Menurut  Leirissa,   berita
                                                                             22
                proklamasi  Kemerdekaan  17  Agustus  1945  telah  diterima  oleh  para
                pemimpin  pergerakan  dan  para  pemuda,  namun  mereka  tidak  dapat
                melakukan  aksi  karena  politik  dan  militer  di  Ambon.    Upaya  ekspedisi
                Merah Putih dari Jawa merupakan suatu dorongan yang kuat untuk turut
                                               23
                mempertahankan  kemerdekaan.   Oleh  karena  itu,  berita  proklamasi
                hanya  dimunculkan  lewat  surat  kabar    dan  radio  di  luar  Maluku  dan
                akhirnya informasi tersebut dapat diketahui masyarakat di Maluku.

                        Di  Ternate  misalnya,  upaya  untuk  menyebarluaskan    berita
                proklamasi  dilakukan  melalui  surat  kabar  Menara  Merdeka.  Para
                pemuda selalu memonitor kejadian-kejadian yang terjadi di Jakarta dan
                kemudian disampaikan kepada masyarakat. Upaya ini berlangsung dari
                Maluku Utara sampai ke Minahasa melalui organisasi politik persatuan
                Indonesia dan Menara Merdeka. Sebelum koran Menara Merdeka lahir,
                di Ternate telah ada koran-koran lain seperti Maluku Utara milik Po Su
                Poa  dan  Utusan  dari  F.Kansil  yang  berasal  dari  Sangihe  Talaud.
                Pemimpin redaksi dari Menara merdeka, Arnold Mononutu, kemudian
                digantikan seorang pemuda keturunan Arab yaitu Umar.
                                                                     24
                        Dalam  perkembangan  kemudian,  tampak  Sultan  Ternate
                Muhammad  Djabir  Syah  cenderung  mendukung  pemerintah  federal.
                Terdapat  beberapa  hal  yang  mendorong  Sultan  bersikap  demikian:
                pertama, ada rasa hutang budi terhadap pemerintah kolonial  Belanda
                yang  telah  menyelamatkan;  kedua,  ada  rasa  kekhawatiran  tersendiri
                bagi  sultan,  jika  wilayah  kesultanan  Ternate  dimasukkan  bagian  dari
                wilayah  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  (NKRI),  maka  pengaruh
                sultan  dengan  sendirinya  akan  berkurang;  ketiga,  Sultan  benar-benar
                menyadari  apabila  wilayah  Kesultanan  Ternate  berintegrasi  dengan
                NKRI,  maka  jabatan  yang  dipercayakan  kepadanya  di  bawah
                                                                            25
                pemerintahan kolonial Belanda dengan sendirinya akan hilang.





                534
   541   542   543   544   545   546   547   548   549   550   551