Page 120 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 120
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
“Kekuatan badan, ketinggian bangsa dan kemuliaan usul
tiadalah pasal yang pertama lagi, akan menjadi orang yang
terbilang. Sekarang bolehlah kepandaian dan ilmu
menghaturkan ke dalam bagian manakah kita terhitung.
Keadaan inilah yang menimbulkan bangsawan pikiran”.
Dalam pandangan Rivai, kaum terpelajar memiliki posisi penting dalam
kebangsaan memajukan bangsanya. Rivai menganalogikan bahwa
bangsa Eropa telah “bersenjata”. Oleh karena itu orang pribumi harus
mempersenjatai diri khususnya kaum mudanya. Musuh yang bersenjata
itu harus dilawan dengan senjata juga, demikian halnya dengan ilmu dan
kepandaian itu harus dilawan dengan cara kepandaian pula”.
Kemajuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda ikut
menggugah Rivai untuk memajukan bumi putera. Rivai terinspirasi
dengan berdirinya Perhimpunan Tionghoa di Hindia Belanda, Tiong
Hoa Hwee Koan (THHK) pada tahun 1900. Rivai memikirkan agar
kaum bumi putra membentuk organisasi yang bisa menyatukan seluruh
kaum muda atau elemen progresif.
Dalam tulisan Rivai yang bertema ‘Kebangkitan bangsa
Tionghoa’ dimuat dalam sejumlah edisi pada Bintang Hindia pada tahun
1906. Rivai menegaskan bahwa generasi mudalah yang memimpin
gerakan kaum muda Tionghoa peranakan di Hindia Belanda. Rivai
menegaskan kembali kekagumannya pada gerakan muda Tionghoa pada
1 April 1907. Dalam beberapa kesempatan, Rivai mendesak teman-
temannya untuk menyamai orang-orang Tionghoa yang sudah
berpikiran modern atau dalam istilah Rivai sebagai orang-orang
Tionghoa yang sudah “terbaratkan”.
Lewat Bintang Hindia, Rivai juga mempopulerkan istilah ‘kaum
muda’ yang didefinisikan, semua orang Hindia (tua dan muda) yang
tidak suka lagi mengambil aturan kuno, adat kuno kebiasan kuno tetapi
yang mau memuliakan diri dengan pengetahuan dan ilmu. Disisi lain
istilah ‘kaum tua’ atau ‘kaum kuno’ ia tujukan pada mereka yang
terobsesi pada kemulian (gila hormat) dan adat Jawa sembah dan
jongkok. Alam analisanya tentang masyarakat Indonesia, Rivai merasa
ada tiga kelompok yang sangat berbeda orang awam, bangsawan usul
dan bangsawan pikiran. Dari ketiganya ia yakin hanya kelompok
terakhirlah yang bisa memimpin proses modernisasi masyarakat. Pada
1905, Rivai mengusulkan pembentukan sebuah organisasi besar kaum
pribumi yang bisa menyatukan seluruh kaum muda atau elemen
112 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya