Page 121 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 121
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
progresif. Organisasi itu diusulkan bernama Perhimpunan Kaoem
Moeda, harus berusaha mendirikan cabang di berbagai kota dan daerah
1
untuk membaca kebutuhan kaum pribumi . Dalam usulannya ini, Rivai
memberi contoh kaum Tionghoa yang menurut dia telah berhasil
mendirikan perhimpunan kaum muda sendiri, yaitu Tiong Hoa Hwee
Koan. Ide untuk membentuk organisasi semacam itu memberi pertanda
pembentukan Boedi Oetomo tiga tahun kemudian. Seperti BU organisasi
yang dibayangkan Rivai meletakkan pendidikan dan pengajaran sebagai
program utama dalam mengejar kemajuan. Tetapi sebenarnya
masyarakat Tionghoa dan Tiong Hoa Hwee Koan-lah yang sangat
mempengaruhi Abdul Rivai hingga ia mengusulkan agar gerakan serupa
diluncurkan oleh para cerdik pandai bangsa Hindia Belanda. Pada 1903
orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda telah diijinkan memotong
kuncir mereka dan berpakaian seperti bangsa Eropa. Kekaguman Rivai
terhadap kemajuan bangsa Tionghoa mendorong dia mendukung
tuntutan mereka agar pemerintah membuka fasilitas pendidikan bagi
anak-anak mereka. Pada 1906 pemerintah di negeri Belanda menyambut
kedatangan misi Tiongkok. Mengomentari hal itu, Rivai menyebut
bahwa orang Tionghoa telah beradab, ia kemudian bertanya, ‘akankah
kaum pribumi mencapai status serupa?’ dalam sebuah tulisan
bersambung mengenai kebangkitan bangsa Tionghoa, Rivai menekankan
bahwa kaum mudalah yang memimpin Tionghoa peranakan.
Kekagumannya pada gerakan modernis bangsa Tionghoa menyebabkan
Rivai berulang kali mendesak kawan-kawannya dan bangsa Hindia
Belanda untuk menyamai orang-orang Tionghoa yang terbaratkan.
Bagi bangsa Hindia Belanda, Bintang Hindia adalah pembuka
mata yang mendorong mereka mengubah sikap dan nilai tradisional
menjadi lebih modern dan kebaratan. Rivai memang dipandang sebagai
penggagas utama ide-ide baru itu dan merupakan penemu istilah ‘kaum
muda’ dan majalahnya juga memuat tulisan para intelektual dan
Tionghoa yang berbagi cita-cita yang sama dengan apa yang
didengungkan Rivai. Artikel dan ilustrasi dalam majalah ini meliputi
subyek yang sangat beragam. Tulisan Rivai yang memberi semangat
untuk bangkit dari tidur panjang mendorong kalangan intelektual yang
baru muncul untuk membaca Bintang Hindia. Kendati punya citra
sebagai berkala yang disponsori pemerintah, Bintang Hindia berhasil
menarik perhatian kaum terpelajar, para guru, pejabat priyayi dan siswa
dalam polemik mengenai tradisi dan perubahan dalam masyarakat
pribumi. Bagi banyak orang Bintang Hindia satu-satunya penerbit
intelektual sejati pada masa itu, mengekpresikan sentiment yang telah
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 113