Page 125 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 125

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                terlibat dalam pembentukan ikatan-ikatan solidaritas. Penangkapan serta
                pembuangan para ulama Marxis ini, serta kemampuan tokoh-tokoh SI di
                Jawa  atau  para  reformis  Islam  di  Sumatera  Barat  untuk  menangkis
                infiltrasi  ideologi  ke  dalam  barisan  mereka,  sama  sekali  tidak
                menyebabkan  terhentinya  perdebatan  ideologis.  Tahun  1920-an  dan
                awal  1930-an  barangkali  dapat  disebut  sebagai  ‘dasawarsa  ideologi’
                dalam  sejarah  modern  Indonesia.  Ketika  itulah  berbagai  ideologi  yang
                kemudian  akan  berpengaruh  dalam  pertumbuhan  keagamaan    mulai
                dirumuskan.  Dalam  periode  ini  pula  berbagai  strategi  perjuangan
                diperdebatkan.
                        Salah  satu  perdebatan  ideologis  yang  terpenting  dalam  sejarah
                pergerakan adalah masalah dasar perjuangan. Bahwa kekuasaan kolonial
                adalah  sesuatu  yang  tak  diinginkan  merupakan  konsensus  yang  relatif
                umum  diterima  di  kalangan  kaum  pergerakan.  Agus  Salim  misalnya
                mempertanyakan apakah penghormatan terhadap ‘ibu pertiwi’ itu tidak
                melampaui  ketaqwaan  terhadap  Allah,  begitu  juga  Soekarno  yang
                mengatakan  kita  tidak chauvinis, karena  kebangsaan  kita bertolak dari
                harkat  kemanusiaan.  Sedangkan  A.  Hasan  pemimpin  Persis  dari
                Bandung  mengatakan  bahwa  jika  kita  berjuang  demi  bangsa  apapun,
                perumusannya  bukannya  ‘demi  Allah’  maka  sesungguhnya  kita  telah
                melibatkan  diri  dalam  dosa  tanpa  ampun.  Bukankah  salah  satu  yang
                paling  ditentang  oleh  Nabi  Besar  Muhammad  s.a.w  adalah  sifat
                ashabiyah,  kesukuan,  sedangkan  Islam  bersifat  universal.  Jadi  berjuang
                demi bangsa adalah hal yang mengingkari ajaran pokok Islam.
                                                                           6
                        Masalahnya  bukan  anti  atau  pro  kesatuan  Indonesia  dan  juga
                bukan  soal  pro  atau  anti  penjajahan  tetapi  dasar  nilai  yang  melandasi
                perjuangan. Jadi menyangkut motivasi moral atau niat yang dari sudut
                pemikiran Islam mestilah religius sifatnya. Berjuang tak bisa didasarkan
                kepada  sesuatu  yang  bukan  berasal  dari  kesadaran  agama.  Agama
                adalah sumber makna dan dengan agama pulalah realitas harus dinilai.
                Dengan  sangat  sederhana  dan  tepat,  Agus  Salim  mengatakan  bahwa
                perjuangan  semata-mata  lillahi  ta’ala.  Jadi  perbedaan  antara  dasar
                perjuangan dan strategi dalam perjuangan memperlihatkan beberapa hal
                yang cukup penting .
                                   7
                        Jika kita berbicara tentang Islam dan kebangsaan maka tidak bisa
                dilepaskan  dari  pemikiran  Cokroaminoto  dan  Agus  Salim.  Pemikiran
                Cokroaminoto  tentang  sosialisme  pernah  ditulisnya  dalam  buku  Islam
                dan Sosialisme. Menurutnya sosialisme berasal dari perkataan latin socius
                yang artinya dalam bahasa Belanda maker dalam bahasa Indonesia teman



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   117
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130