Page 122 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 122

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                mereka rasakan sejak lama. Dalam pidato yang disampaikan ketua BU
                cabang Bondowoso pada 1909, Bintang Hindia dan Abdul Rivai disebut-
                sebut sebagai pelopor dalam hal menyuarakan perlunya bangsa Hindia
                Belanda membentuk sebuah organisasi seperti Tiong Hoa Hwee Koan.
                        Bintang  Hindia  yang  dibiayai  barat  menurut  Rivai  justru  demi
                kebaikan  kaum  rakyat  pribumi.  Bintang  Timur  digunakan  Rivai  dalam
                menyebarkan  gagasan  tentang  kemajuan  moral  dan  sosial  bangsanya.
                Rivai  dalam  konteks  ini  berperan  ganda,  yakni  sebagai  orang  yang
                bekerja untuk pribumi yang mengemban amanah misi mulia memajukan
                masyarakat  pribumi  dan  pada  saat  yang  sama  juga  bekerja  untuk
                kolonial Belanda. Kehadiran Rivai dalam  Bintang Hindia telah menjadi
                sinar  dalam  upaya  menata  serpihan  pencerahan  kebangsaan.
                Keberadaan  Rivai  dinilai  sangat  strategis  karena  sesuai  dengan  misi
                politik etis yang dijalankan pemerintah Hindia Belanda.
                        Pemikiran  Rivai  yang  modern  sengaja  ingin  ditularkan  kepada
                semua  pembaca  Bintang  Hindia.  Ilustrasi  dan  kemasannya  yang  indah
                memberi  kesan  kepada  pembaca  bahwa  Bintang  Hindia  adalah  bukan
                koran  sembarangan.  Rivai  memberi  kesan  modernitas  pada  koran  itu.
                Bagi masyarakat Hindia Belanda, Bintang Hindia di bawah Rivai ibarat
                pembuka  mata  untuk  mengubah  sikap  dan  nilai  tradisional    menjadi
                lebih  modern  atau  yang  oleh  Rivai  dinamakan  dengan  istilah
                “kebaratan”. Rivai tidak pernah risih memanfaatkan apa yang disiapkan
                Eropa  selama  dia  berpegang  teguh  pada  misi  memajukan  bangsanya.
                Satu  hal  yang  menggembirakan  dalam  Bintang  Hindia  adalah  makin
                populernya  istilah  “bangsa  Hindia  dan  anak  Hindia”  yang  secara
                psikologis telah menanamkan rasa kebangsaan di kalangan bumi putra.
                Proses awal inilah yang kemudian menjadi matang pada tahun 1920-an
                yang  ditandai  dengan  perubahan  istilah  dari  “bangsa  hindia”  menjadi
                “bangsa  Indonesia”  seperti  tercantum  dalam  Sumpah  Pemuda  tahun
                1928.  Redaksi  lain  teman-teman  Rivai  adalah  J.E.  Tuhepeioij,
                Sostrokartono,  Mas  Abdullah,  dan  Koesoemo  Joedho  serta  kemudian
                disusul  nama-nama    khas  Indonesia  lainnya  seperti  Abdul  Muis,
                Samsudin Rassat, Boesthami, dan Mas Soengkono.
                        Bintang Hindia menjadi motor Rivai memasukkan gagasan segar
                guna membuka mata bangsa Hindia untuk secara bersama-sama dengan
                pers dan organisasi. Pertumbuhan pers milik bangsa Hindia menunjukan
                arah yang menggembirakan pada paruh pertama abad XX.






                114    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127