Page 163 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 163
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
BAB IV
NASIONALISME DAN KEBUDAYAAN
4.1. Kenasionalan dan Kemodernan
Terbitnya Soerat Kabar Bahasa Melajoe pada tahun 1856 di
1
Surabaya oleh Penerbit E. Fuhri, tidak hanya menandai bermulanya
penerbitan surat kabar berbahasa Melayu di Indonesia atau Hindia
Belanda ketika itu, melainkan secara tidak langsung juga menjadi
semacam tonggak munculnya suatu bentuk komunikasi intelektual bagi
orang-orang yang telah mampu membaca dan menulis dalam bahasa
Melayu. Adanya media yang mampu berperan sebagai wahana berdialog
secara timbal-balik—sesederhana apa pun bentuknya—setidak-tidaknya
menjadi penanda telah munculnya suatu wacana kemodernan di Hindia
Belanda pada pertengahan abad ke-19 tersebut. Dinyatakan di sini
bahwa “wacana kemodernan” telah muncul, berlandas akan suatu
kenyataan bahwa komunikasi yang ada tidak lagi sebatas tuturan atau
hanya berlangsung secara lisan dan tidak jelas sumber atau rujukannya,
namun sudah terjadi secara tertulis, meskipun tentu saja bentuknya
masih sangat sederhana dan dengan pola yang masih belum bersistem
atau ketat secara kaidah kebahasaan.
Surat kabar yang disebutkan di awal tulisan ini bukan yang
pertama terbit di Hindia Belanda. Sebelumnya sudah tercatat adanya
sejumlah media yang terbit, namun kesemuanya itu belum ada yang
memakai Bahasa Melayu sebagai media penyampainya. Seperti telah
2
didata oleh peneliti dari Malaysia, yaitu Ahmat Adam, tidak sedikit
sesungguhnya koran atau majalah yang terbit di Hindia Belanda sebelum
tahun 1856 tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa Belanda atau
bahasa daerah, dalam hal ini adalah Bahasa Jawa. Koran dan majalah
tersebut antara lain adalah Batavia Nouvelles (1744), Bataviasche Koloniale
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 155