Page 160 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 160

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                Catatan Akhir :

                    1)  Ahmad Adam hal 179

                    2)  Ahmad Adam 181
                    3)  Taufik Abdullah, Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West
                        Sumatra  1927-1933  (Ithaca,  New  York:  Monograph  Series,  Cornell
                        Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program Cornell University,
                        1971), hlm. 9.
                    4)  Taufik Abdullah, Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid 5.
                    5)  Deliar  Noer;  Gerakan  Moderen  Islam  di  Indonesia  1900  –  1942;  Jakarta:
                        LP3ES, 1982, hal. 322
                    6)  Taufik  Abdullah,  Islam  dan  Masyarakat:  Pantulan  Sejarah  Indonesia;
                        Jakarta: LP3ES, 1987, hal.15
                    7)  ibid., hal. 17
                    8)  H.O.S. Tjokroaminoto;  Islam dan Sosialisme, Djakarta: Bulan Bintang;
                        1950 (Cet ke IV); hal. 37.
                    9)  Anhar Gonggong; HOS Cokroaminoto; Jakarta; Depdikbud, 1985, hal 86
                    10)  ibid, hal 90
                    11)  Taufik  Abdullah;  Nasionalisme  dan  Sejarah;  Bandung:  Satya  Historika,
                        2001, hal. 32
                    12)  Savitri Prastiti Scherer; Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran-pemikiran
                        Priayi Nasionalis Jawa Awal Abad XX; Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal.
                        146

                    13)  ibid. hal 149
                    14)  ibid, hal. 152
                    15)  Soewito,  Irna  H.N.  Hadi.  Soewardi  Soerjaningrat  Dalam  Pengasingan;
                        Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hal. 24
                    16)  Comite  Boemi  Poetra  didirikan  pada  Juli  1913  sebagai  Panitia
                        Peringatan  100  Tahun  Kemerdekaan  Negeri  Belanda  di  bawah
                        pimpinan  dr  Tjipto  Mangunkusumo,  R.M.  Soewardi  Surjaningrat
                        sebagai bendahara dan penulis, dan Abdoel Moeis, sebagai salah satu
                        komisaris. Comite ini juga memprotes adanya pungutan derma secara
                        paksa kepada rakyat pribumi yang terjajah guna kepentingan perayaan
                        ini.  Comite  ini  juga  mengirim  telegram  kepada  Ratu  Wilhelmina  di
                        Belanda,  selain  memberi  ucapan  selamat  atas  perayaan  kemerdekaan
                        Belanda,  juga  menuntut  pencabutan  Peraturan  pemerintah  Pasal  111
                        tentang  larangan  adanya  perkumpulan  dan  rapat  yang  berbau  politik




                152    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165