Page 159 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 159

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                Menghadapi hukuman itu mungkin ia merujuk pada filsafat Jawa wani
                ngalah  duwur  wekasane.  Pada  awalnya  tidak  ada  komentar  mengenai
                hukuman  ukarno  ini,  tetapi  setelah  tulisan    Cipto  dan  Sanusi  Pane
                dimuat  diberbagai  pers  barulah  orang  berkomentar  bahwa    Sukarno
                merupakan  kampiuan  kemerdekaan,  ia  berharap  segera  dikembalikan
                               58
                dan dimurnikan .
                        Pada  bulan  November  1933  Sukarno  mengundurkan  diri  dari
                Partindo. Dalam surat pengunduran itu dinyatakan bahwa ia tidak lagi
                sepenuhnya  sependapat  dengan  kebijaksanaan  politik  partai.  Hal  ini
                menimbulkan  tanda  tanya  besar  di  kalangan  pendukungnya,  apakah
                Sukarno  akan  mengubah  jalan  politiknya  menjadi  kooperatif,  akibat
                ditangkap  untuk  kedua  kalinya  dan  diasingkan  ke  Ende,  Flores,  suatu
                yang  tidak  pernah  terjadi  dalam  diri  Sukarno.  Sementara  itu  setelah
                penangkapan  Sukarno,  tokoh-tokoh  lain  seperti  Syahrir,  Moh.  Hatta
                juga  ditangkap  dan  diasingkan  ke  Boven  Digul  tahun  1936  mereka
                dipindahkan  ke  Banda.  Hatta  dan  Syahrir  ditangkap  selagi  belum
                berhasil  berbuat  banyak  terhadap  PNI  Baru,  meskipun  anggotanya
                masih dapat mempertahankan hidup partai sampai tahun 1930-an. Kini
                kedua  partai  tersebut  kehilangan  pemimpin-pemimpinnya.  Sesudah  itu
                pergerakan  mengambil  jalan  moderat  dan  koperasi  menyampingkan
                jalan  machtsvorming  dan  pendidikan  suatu  elite  yang  tidak  kenal
                kompromi. Bukan Partindo melainkan suatu partai baru yaitu Parindra
                yang  mewakili  gaya  politik  dalam  suasana  kelonggaran  baru  yang
                diberikan oleh pemerintah.
                        Suasana politik yang represif pada tahun 1930-an, bagi kalangan
                kaum nasionalis  yang masih bebas pilihannya hanya sikap moderat atau
                tidak  bekerja  sama  sekali.  Pokoknya  perubahan  pola  politik  Eropa
                memaksa kaum intelektual Indonesia menempuh jalan yang sedikit lain
                dalam melaksanakan perjuangan.  Kebangkitan fasisme  di Eropa telah
                mendorong yang radikal di kalangan mereka Amir Syarifuddin, Wikana,
                Muhammad  Yamin  dan  lain-lain  untuk  sementara  menempatkan
                perjuangan kemerdekaan sebagai tujuan kedua. Mereka memperlihatkan
                perjuangan dalam perlawanan yang lebih luas yakni terhadap fasisme di
                Eropa dan Asia. Pokok pandangan ini tertuang dalam bentuk satu partai
                baru 1937 Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) partai ini lebih radikal
                dari Parindra. Meskipun menekankan perjuangan kemerdekaan sebagai
                sesuatu yang penting, mereka menempatkan pekerjaan utama pada kerja
                sama Indonesia dan Belanda dalam melawan fasisme Jerman di Eropa
                                    59
                dan Jepang di Pasifik .







                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   151
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164