Page 203 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 203

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                              Dalam  arti  mutlak  masa  yang  sekarang  selalu
                       berhubungan  dengan  masa  yang  silam.  Sejarah  berlanjut
                       terus.  Tidak  ada  satu  kekosongan  antara  dua  bagian
                       sejarah, sebab hakikat sejarah ialah perjalanan waktu yang
                       tak ada hentinya.
                              Namun,  sejarah  selalu  dibagi-bagi  orang  menurut
                       ciri khas yang terdapat dalam penggalan sejarah. Revolusi
                       Prancis,  misalnya,  dianggap  orang  sebagai  suatu  batas
                       dalam  sejarah.  Bentuk  pemerintahan  kuno  telah  tertutup,
                       lenyap,  tidak  berlanjut  lagi.  Sejarah  baru  pun  dimulai.
                       Dalam  arti  ini  pulalah  saya  berkata,  bahwa  zaman  pra-
                       Indonesia tidak berlanjut dengan zaman Indonesia. Zaman
                       pra-Indonesia  sudah  tertutup  dan  sekarang  mulai  zaman
                       Indonesia.  Antara  kedua  zaman  itu  ada  perbedaan  yang
                       satu  mengandung  semangat  Indonesia  yang  insaf  dan
                       sadar,  yang  lain  tidak.  Dalam  perbedaan  ini  pun  saya
                       menyadari  bahwa  perbedaan  tentang  kebudayaan  dan
                       sejarah  bukanlah  seperti  perbedaan  dalam  matematika:
                       lingkaran  dengan  segi  tiga  selalu  jelas  perbedaannya.
                       Sebaliknya, zaman pra-Indonesia dengan zaman Indonesia
                       ada  bentuk  peralihannya  meskipun  batas  keduanya
                                     41
                       menjadi kabur.
                        Demikian  tanggapan  Sutan  Takdir  Alisjahbana  atas  komentar
                Sanusi Pane dan Purbatjaraka berkenaan dengan masalah Indonesia dan
                keindonesiaan yang pada  intinya bertolak dari  suatu keyakinan bahwa
                persoalan  kebudayaan  jelas  tidak  sama  dengan  persoalan  ilmu  eksakta
                yang serba pasti.

                4.4.3 Polemik Mengenai Orientasi Kebudayaan
                        Dalam  hubungannya  dengan  kebudayaan  apa  atau  mana  yang
                pantas  menjadi  rujukan  atau  orientasi,  Sutan  Takdir  Alisjahbana
                menyatakan  dengan  tegas  bahwa  negara-negara  yang  sudah  terbukti
                maju,  yang  kedinamisannya  sudah  mampu  membawa  kemajuan  bagi
                bangsa itu, yang layak menjadi acuan. Selain itu, masa yang telah silam
                yang  tidak  mungkin  dapat  dipakai  sebagai  landasan  konstruksi  untuk
                mewujudkan  semacam  persatuan,  dalam  pandangan  Sutan  Takdir
                Alisjahbana, harus ditinggalkan. Kebutuhan akan kehidupan yang ada di
                hadapan  dan  harus  dihadapi  dan  dijalanilah  yang  seharusnya  menjadi
                sumber  pemikiran  bersama.  Kebersamaan  yang  diikat  oleh  suatu
                kepentingan  inilah  yang  dibayangkan  oleh  Sutan  Takdir  Alisjahbana
                akan mampu menginspirasi hadir atau lahirnya semacam alat yang dapat
                dipakai  untuk  menciptakan  suatu  masyarakat  yang  dinamis.  Dalam
                kaitan ini, kedinamisan menjadi semacam kata kunci sebagai prasyarat



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   195
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208