Page 206 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 206
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
kenyataan. Paling tidak memang Sanusi Pane, masih dari tulisan yang
sama seperti telah disebutkan, yang memberi tanggapan atas pernyataan
Sutan Takdir Alisjahbana tersebut. Di dalam menanggapi pendapat
Sutan Takdir Alisjahbana itu, Sanusi Pane menguraikan lumayan
panjang mengenai sejumlah terminologi yang bersinggungan dengan
kebudayaan Barat yang pada intinya belum mampu mengalahkan
Timur. Disebutkan oleh Sanusi Pane bahwa karena di Barat itu alamnya
kurang bersahabat maka penghuni daerah itu harus mencari sejumlah
siasat untuk mempertahankan diri yang pada gilirannya kemudian
melahirkan “materialisme” serta “intelektualisme” yang berdampak
pada hadirnya “individualisme”.
Kesemua istilah yang sangat berkaitan dengan cara untuk
mempertahankan hidup akibat ganasnya alam ini, memang melahirkan
kemajuan di satu sisi, namun di sisi lain kesempurnaan belum juga
diperoleh. Sanusi Pane mengibaratkan hal tersebut dengan orang yang
mencari makanan yang sesungguhnya sudah tercukupi namun belum
adil dalam membagikannya sehinga masih saja ada yang kekurangan di
samping yang berlebihan. Kondisi seperti ini, menurut Sanusi Pane,
belum mampu mengalahkan keadaan di Timur yang masih lebih baik
sebab alam lebih bersahabat.
Keperluan dan paksaan mempertahankan diri serta
menentang alam memang ada. Karena itulah mungkin
kemajuan dalam kebudayaan di Timur perbedaannya
bertingkat-tingkat. Namun, meskipun ada tingkatan itu,
semua bangsa di Timur mampu mencapai tingkat yang
setinggi-tingginya, kalau seandainya mengikuti jalannya
sendiri. Tingkat tertinggi itu ada di lapisan teratas dalam
kebudayaan di India dan di Indonesia, yaitu lapisan yang
berpusatkan kesunyatan, mistik, manusia bersatu dengan
alam harus meniadakan keinginan jasmaninya dan
membersihkan jiwanya.
...
Barat, sebagaimana kita lihat, mengutamakan
jasmani, akibatnya lupa pada jiwa. Akalnya dipakai untuk
menaklukkan kekuatan alam. Ia bersifat Faust, ahli
pengetahuan yang mengorbankan jiwa asalkan menguasai
jasmani.
Timur lebih mementingkan rohani sehingga lupa
pada jasmani. Akal dipakainya untuk mencari jalan
menyatukan diri dengan alam. Ia bersifat Arjuna yang
45
bertapa di Indrakila.
198 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya