Page 209 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 209

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                               Dengan  menerima  didikan  Barat,  di  kalangan
                        bangsa kita mulai hidup individu, mulai lahir kepentingan
                        pribadi.  Bangsa  kita  mulai  tahu  hak-haknya  sebagai
                        manusia yang dianugerahi perasaan dan pikiran sendiri. Ia
                        mulai  berani  melepaskan  dan  memutuskan  semua  ikatan
                        adat,  ikatan  takhayul,  ikatan  kebiasaan,  dan  lain-lain.  Ia
                        mulai merasa dirinya sebagai manusia bebas.
                               Melalui didikan Barat ia mulai memikirkan dirinya
                        sendiri.  Tidak  takut  mengemukakan  pendapat  pribadi.
                        Mulai sadar haknya sebagai manusia dan sebagai anggota
                        bangsa.  Ia  mulai  berjuang  bagi  kepentingan  dirinya  dan
                        kepeningan bangsanya.
                               Berkat didikan Barat bangsa kita mulai tidak mau
                        hanya  asal  sekadar  hidup.  Kaum  yang  mendapatkan
                        didikan Barat yang materialistis itu tidak dapat dan tidak
                        sudi hidup dengan uang segobang sehari. Pakainnya tidak
                        cukup lagi hanya sehelai saja dan ia mulai berminat tinggal
                        di rumah yang layak. Ia mulai menghargai uang dan harta,
                        dan  mulai  bekerja  keras  untuk  mengumpulkan  uang  dan
                        harta,  yang  sebenarnya  menjadi  hak  dan  kewajiban  tiap-
                                  47
                        tiap orang.


                       Sutan  Takdir  Alisjahbana  juga  menegaskan  bahwa  jika  dia
                melontarkan kritik-kritik di atas, tidak berarti bahwa dia berpihak kepada
                intelektualisme,  atau  menyukai  individualisme,  atau  setuju  dengan
                egoisme,  maupun  memuja  materialisme,  namun  yang  dia  khawatirkan
                adalah  munculnya  ketakutan  yang  berlebihan  atas  paham-paham  tadi.
                Bagi  Sutan  Takdir  Alisjahbana,  kekhawatiran  atau  ketakutan  itu  tidak
                perlu  terlalu  dikedepankan  sebab  bahaya  itu  adanya  adalah  di  dunia
                Barat,  tempat  tumbuh  dan  berkembangnya  sejumlah  paham  tersebut.
                Dalam  pandangannya,  kepentingan  yang  pertama  dan  yang  terutama
                adalah     membangun       kecerdasan,    menghidupkan      individu,
                membangkitkan  kesadaran  akan  kepentingan  sendiri,  dan  mendorong
                orang untuk bekerja keras serta berjuang untuk memperoleh kehidupan
                yang  memadai.  Dalam  hubungan  ini,  Sutan  Takdir  Alisjahbana  sekali
                lagi  menegaskan  bahwa  adanya  kecemasan  atau  ketakutan  risiko  yang
                bakal  dihadapi,  merupakan  penghalang  seseorang  atau  suatu  bangsa
                untuk maju. Ia menegaskan hal itu seperti di bawah ini.
                               Dan  Indonesia  Muda  yang  ingin  mendudukkan
                       bangsanya sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini,
                       tak  boleh  terlalu  khawatir  memikirkan  risiko.  Ia  harus
                       menguatkan  tekad  apa  yang  dikehendakinya,  apa  yang



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   201
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214