Page 212 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 212

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                    17)  Informasi  yang  cukup lengkap  mengenai  G.  Francis  ini  dapat  dibaca
                        pada buku karya Parmoedya Ananta Toer yang berjudul Tempo Doeloe:
                        Antologi Sastra Pra-Indonesia, Jakarta: Hasta Mitra, 1982, h. 29-32.
                    18)  Sinyalemen  ini  dapat  dibaca  dalam  tulisan  C.W.  Watson,  “Some
                        Preliminary  Remarks  on  the  Antecedents  of  Modern  Indonesian
                        Literature,” Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde, CXXVII (4e),
                        1971..
                    19)  Taufik Abdullah, H. Misbach Yusa Biran, S.M. Ardan, Film Indonesia:
                        Bagian I (1900-1950), Jakarta: Dewan Film Nasional, 1993, h. 3.
                    20)  Ibid.
                    21)  Selasih, sebagaimana pernah disebut oleh Jakob Sumardjo dalam  Segi
                        Sosiologis Novel Indonesia, Bandung: Pustaka Prima, 1981, h. 75, dapat
                        disebut  sebagai  wanita  pengarang  pertama  di  Indonesia.  Layaknya
                        pengarang  pada  tahun-tahun  itu,  ia  pun  gemar  memakai  nama  pena
                        atau  nama  samaran,  seperti  Sariamin,  Seleguri,  Sri  Gunung,  Sri
                        Tanjung,  Ibu  Sejati,  Bundo  Kanduang,  dan  Mande  Rubiah.  Lihat
                        penjelasan  dalam  Maman  S.  Mahayana,  Oyon  Sofyan,  dan  Achmad
                        Dian  dalam  Ringkasan  dan  Ulasan  Novel  Indonesia  Modern,  Jakarta:
                        Grasindo, 1992, h. 36.
                    22)  Djoemantan,  “Seruan  yang  Singkat,”  Poetri  Hindia,  II  (5),  15  Maret
                        1909.
                        1
                    23)    Sajak  ini  tidak  diketahui  waktu  publikasinya.  Namun  mengingat
                        bahwa Sutomo meningal pada tahun 1938, besar kemungkinan bahwa
                        puisi  ini  ditulis  pada  tahun  1930-an,  kemungkinan  di  majalah
                        Poedjangga Baroe. Sajak ini diperoleh dari buku S. Takdir Alisjahbana,
                        Kebangkitan Puisi Baru Indonesia, Jakarta: PT Dian Rakyat, 1978, h. 85.
                    24)  Mas  Marco  Kartodikromo  adalah  aktivis  pergerakan  yang  terjun  ke
                        dunia politik dengan bergabung di Sarekat Islam ketika organisasi ini
                        didirikan pada tahun 1911. Ia menjadi sekretaris SI cabang Solo. Selain
                        terjun ke dunia politik praktis, Mas Marco juga mempunyai minat besar
                        dalam dunia tulis-menulis sebagai jurnalis. Maka, tidak mengherankan,
                        jika  pada  tahun  1914,  ia  mendirikan  Inlandsche  Journalisten  Bond
                        (IJB) di Surakarta dan menerbitkan surat kabar Doenia Bergerak. Dalam
                        dunia  pers,  Mas  Marco  termasuk  sering  melontarkan  kritik  keras
                        kepada Pemerintah Hindia Belanda sehingga pernah dikenai tuduhan
                        persdelichten. Mas Marco juga beberapa kali masuk penjara dan bahkan
                        meninggal di penjara.
                    25)  Lihat Sinar Hindia edisi 4 Januari 1919.
                    26)  Sajak ini dimuat dalam Jong Sumatra, IV (9), 1921, h. 134.







                204    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217