Page 248 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 248

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                      Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Ayat 2
                      dari  pasal  tersebut  mengandung  isi  pokok  pikiran  kedaulatan
                      rakyat:  “Kedaulatan  adalah  di  tangan  rakyat  dan  dilakukan
                      sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Kedaulatan
                      adalah  ditangan  rakyat,  yang  menjelma  dalam  Majelis
                      Permusyawaratan  Rakyat.  Dengan  lain  perkataan:  Majelis
                      Permusyawaran rakyat, ialah penyelenggara negara yang tertinggi.
                      Majelis itu sebagai penjelmaan seluruh rakyat seluruh daerah dan
                      seluruh golongan mempunyai wakil disitu… 49

                Susunan dan bentuknya Majelis itu diatur dengan undang-undang. Pasal
                17 ayat 1 rancangan Undang-undang Dasar menetapkan, bahwa Majelis
                Permusyawaratan  Rakyat  terdiri  atas  anggota-anggota  Dewan
                Perwakilan  Rakyat  ditambah  dengan  utusan  dari  daerah-daerah  dan
                golongan.  Dengan  ayat  ini,  diharapkan  seluruh  rakyat,  seluruh
                golongan,  seluruh  daerah  akan  mempunyai  wakil  dalam  Majelis
                Permusyawaratann  Rakyat  sehingga  majelis  itu  akan  betul-betul  dapat
                dianggap  sebagai  penjelmaan  rakyat,  yang  memegang  kedaulatan
                negara.  Majelis  menurut  ayat  2  dari  pasal  17  akan  bersidang  sedikit-
                sedikitnya  sekali  dalam  lima  tahun  di  ibukota  negara.  Sedikit-dikitnya
                jadi kalau perlu dalam lima tahun tentu boleh bersidang lebih dari satu
                kali.  Pekerjaan  Majelis  ditegaskan  dalam  pasal  18:  “Majelis
                Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-undang Dasar dan garis-
                garis besar dari pada haluan negara”. Mengenai batas Negara, merujuk
                UUD  berbagai  Negara,  batas  Negara  tidak  dicantumkan  dalam  UU
                sehingga  dalam  usulan  Panitia  Perancang  UUD  tidak  perlu
                mencantumkannya.  Menanggapi  usulan  Hatta  tentang  hak  berserikat
                dan berkumpul, berikut adalah kutipannya:
                     Tuan  Hatta  mengusulkan  supaya  hak  bersuara,  hak  bersuara,  hak
                     berserikat  dan  berkumpul  disebutkan  di  dalam  Undang-undang
                     Dasar  agar  supaya  kedaulatan  rakyat  terjamin  dan  supaya
                                                                                  50
                     Pemerintah tidak dapat bertindak sewenang-wenang dalam hal itu .

                Undang-Undang  Dasar  yang  kami  rancangkan,  berdasar  atas  paham
                kekeluargaan, tidak berdasar atas paham  perseorangan, yang telah kita
                tolak.  Pernyataan  hak  berkumpul  dan  berserikat  di  dalam  Undang-
                Undang Dasar adalah sistimatik dari paham perseorangan, oleh karena
                itu dengan menyatakan hak bersidang dan berserikat di dalam Undang-
                undang  Dasar  kita  akan  menantang  sistimatik  paham  kekeluargaan.
                Hatta melanjutkan lagi pertanyaan yang mengatakan bagaimana haknya
                orang  seseorang  untuk  bersidang  jikalau  dilanggar  oleh  Pemerintah.
                Dijawab  oleh  Soepomo  yang  mengatakan  bahwa  hal  itu  berdasar  atas
                kecurigaan terhadap kepada Pemerintah yang dalam menyelenggarakan




                240    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253